20 Warga Gaza Tewas, Israel Ultimatum Warga Gaza City: Tinggalkan atau Mati
- AP/Moti Milrod
Gaza, VIVA – Situasi di Jalur Gaza memanas setelah Israel melancarkan serangan intensif ke Gaza City. Sedikitnya 20 warga Palestina tewas sejak pagi hari akibat rentetan serangan udara dan darat yang menghantam sejumlah wilayah di Jalur Gaza.
Pemerintah Israel bahkan mengeluarkan ancaman keras kepada puluhan ribu warga yang masih bertahan di Gaza City. Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menegaskan melalui akun X bahwa siapa pun yang masih berada di kota tersebut akan dianggap sebagai “teroris dan pendukung teror”.
“Ini adalah kesempatan terakhir bagi mereka untuk pergi, jika tidak maka mereka akan menghadapi kekuatan penuh Israel,” tulis Katz.
Serangan di Jalan Evakuasi
Al Jazeera pada Selasa, 2 Oktober 2025 melaporkan bahwa meskipun militer Israel memaksa warga keluar dari Gaza City, mereka tetap membombardir jalur evakuasi, bahkan warga yang mencoba melarikan diri justru ditembaki dari udara dan darat.
Militer Israel memerintahkan orang-orang meninggalkan Gaza City, lalu mengejar mereka di rute pesisir selatan dengan helikopter, drone, dan tank, menciptakan kekacauan dan kepanikan.
Intimidasi dan ketakutan yang diciptakan Israel menjadi alasan utama mengapa banyak warga memilih tetap tinggal, meski dalam kondisi berbahaya.
Di tengah kekacauan, korban terus berjatuhan. Seorang anak dilaporkan tewas akibat serangan drone Israel di wilayah Ansar, barat Gaza City.
Sementara itu, serangan terhadap kelompok pengungsi di Gaza Tengah menewaskan sembilan orang dan melukai 13 lainnya. Di kamp pengungsi al-Bureij, satu pria Palestina bersama istrinya tewas dalam serangan drone ke rumah mereka.
Serangan lainnya terjadi di selatan Deir el-Balah yang menewaskan satu warga dan melukai lebih dari 10 orang. Bahkan, wilayah al-Mawasi di Khan Younis yang sebelumnya ditetapkan Israel sebagai “zona aman” ikut dibombardir. Serangan ke tenda pengungsi di dalam kampus Universitas Al-Aqsa melukai delapan orang.
Kantor Media Pemerintah Gaza pada Rabu menyatakan militer Israel menutup jalan al-Rashid, yang disebut sebagai salah satu jalur vital bagi warga sipil untuk berpindah antarwilayah di Jalur Gaza.
Kondisi ini membuat ribuan warga semakin terjebak tanpa pilihan. Sebagian bahkan memilih kembali ke Gaza utara meski rute tersebut sangat berbahaya akibat serangan tanpa henti.