Memprihatinkan, Murid SD Bersekolah di Gedung Bobrok

- bbc
Beberapa sisi dinding kelas yang dilapisi cat warna hijau luntur, ada juga dinding yang retak, dan terkikis.
Dari dalam kelas, menengok ke atap kelas yang bocor itu, terlihat langit cerah.
"Ada empat ruang kelas yang rusak. Yang pojok tidak dipakai karena khawatir ambruk. Lalu dipaksakan dua ruangan dipakai belajar karena kebutuhan anak. Internit (plafon) sudah jatuh karena lapuk dan tertiup, jadi rusak," kata Kepala Sekolah SD Kamulyaan yang bernama Neja kepada BBC News Indonesia.
Kemudian, beranjak ke kelas sebelahnya, terdapat sekitar 20 murid Kelas II yang sedang belajar Bahasa Sunda.
Kondisi kelas hampir sama dengan kelas yang kosong. Dinding retak-retak, atap bocor namun masih ditutup genteng sehingga masih digunakan untuk kegiatan belajar.
Murid tersebut terlihat bahagia mengikuti proses belajar mengajar. Beberapa murid berlarian maju ke depan papan tulis untuk melihat apa yang ditulis guru.
Foto Jokowi dan Jusuf Kalla terpasang
Papan tulis tidak lagi putih. Beberapa bagian papan tulis sudah mengelupas sehingga tidak bisa lagi digunakan.
Papan tulis ditempel di tembok yang sudah terkelupas sehingga rawan jatuh.
Di atas papan tulis itu terpajang foto Presiden Joko Widodo yang didampingi oleh mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Padahal, wakil presiden saat ini adalah Ma`ruf Amin.
Saya menanyakan siapa wakil presiden Indonesia sekarang, seorang siswi pun berkata Jusuf Kalla.
Di ruang belajar sebelahnya, murid Kelas III sedang belajar matematika. Kondisi ruang kelas hampir sama.
Neja menceritakan bangunan tersebut dibangun sekitar tahun 2006. Sejak saat itu sampai sekarang, tidak pernah ada renovasi sehingga bangunan menjadi lapuk.
Kondisi semakin parah karena bangunan itu dihantam hujan deras disertai angin puting beliung pada tahun 2018 dan kembali dihajar pada 2019 lalu.
"Jelas (menganggu belajar) apalagi musim hujan ini. Jadi anak tidak bisa belajar. Guru akhirnya membawa anak kelas pagi, jadi masuk siang," kata Neja.
`Saya menyerah pada Tuhan`
Neja bercerita, ia selalu mengajukan proposal perbaikan sekolah tiap tahun. Namun, hasilnya nihil.
Pemerintah Kabupaten Bogor, kata Neja, selalu menjawab permohonan dengan "tunggu saja dengan sabar".
Padahal, menurut Neja, hari demi hari, murid harus berjuang belajar dengan kondisi yang memprihatinkan tersebut.
"Saya sampai pedih dan sedih memikirkan peserta didik terbengkalai, tidak bisa belajar kondusif. Akhirnya menyerah saja ke Tuhan Yang Maha Esa, mudah-mudahan apa yang diajukan ke pemerintah ada realisasinya, istilahnya bersabar lah," ungkap Neja dengan pasrah.