Mengapa Banjir Kalimantan Selatan Sering Terjadi, Ini Sejarahnya

Ilustrasi: Banjir di Kalimantan Selatan
Sumber :
  • http://omaigat.wordpress.com

VIVA – Pada awal 2021 banjir besar melanda Kalimantan Selatan dan membuat heboh Indonesia. Banjir besar melanda Kota Barabai, Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan Kabupaten Banjar yang ketinggian banjirnya mencapai atap rumah warga.

Mengapa G30S PKI Bisa Terjadi? Begini Penjelasan Sejarahnya

Akibat banjir besar tersebut banyak kerusakan infrastruktur di Kalimantan Selatan berupa jembatan, bangunan dan akses jalan yang menghubungkan Banjarmasin-Martapura dan enam Kabupaten lainnya yang nyaris lumpuh. 

Banjir tersebut juga membuat banyak pro kontra dari informasi yang tersebar dengan pemberitaan media, bahwa banjir yang merupakan gejala alam ini disebabkan oleh kerusakan lingkungan yang disebabkan industri.

Badai Tropis Bualoi Terjang Filipina, 26 Orang Tewas dan 14 Hilang

Menanggapi hal itu, Dosen Sejarah FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, Mansyur menjelaskan bahwa selama ini belum terdapat data kongkrit tentang kerusakan alam karena industri yang berhasil didapatkan. 

Menurut dia, pembangunan industri pertambangan batu bara, baru menjadi wacana dan di publish menjadi berita dari media lokal hingga nasional pada 2019. 

Resmi! Christian Horner Tinggalkan Red Bull Racing Setelah 20 Tahun

"Mengenai wacana pertambangan mengemuka ke publik ketika terjadi penolakan dari pemerintah daerah maupun LSM. Mereka sepakat menolak pertambangan. Itulah Pegunungan Meratus di Kabupaten Hulu Sungai Tengah adalah satu-satunya wilayah kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan tidak terjamah industri tambang batu bara dan perkebunan sawit,” jelas Mansyur dikutip dari keteranganya, Jumat 19 Februari 2021.

Ketua Lembaga Kajian Sejarah, Sosial dan Budaya (LKS2B) Kalimantan, itu menjelaskan banjir yang terjadi di Barabai, merupakan sebuah siklus banjir yang terjadi di Hulu Sungai Tengah. 

“Kejadian ini merupakan banjir besar keempat yang melanda Martapura dalam catatan sejarah Banua. Cuma kali ini spasialnya lebih luas,” katanya.

Selain itu, siklus banjir di wilayah Borneo bagian selatan, seperti wilayah barabai memang memiliki risiko banjir karena banyaknya sungai yang bukan hanya menimbulkan banjir di musim hujan tetapi juga sering di pertengahan musim kemarau (pada Juli dan Agustus), dan banjir berlangsung cukup lama di beberapa tempat atau lokasi. 

Untuk mengurangi risiko di tanah-tanah, kata dia, oleh Dinas Penerangan dan Pertanian Hindia Belanda sejak 1937 sudah menyiapkan jenis padi siap panen tiga bulan ditanam, sedikitnya waktu yang diperlukan daripada padi jenis 5 bulan, sehingga memiliki lebih banyak peluang pada masa bebas banjir. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya