Tokoh NU Bantah Tak Baca Qunut Berarti Radikal

Ilustrasi Kantor Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Jakarta.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

VIVA - Tokoh Nahdlatul Ulama, Nadirsyah Hosen, atau akrab disapa Gus Nadir, tak menyangka para elit malah jualan isu radikalisme dalam peralihan status Pegawai KPK menjadi penyaringan aparatur sipil negara (ASN). Padahal, selama ini masyarakat sudah lelah ribut lawan radikalisme.

KPK Ancang-ancang Panggil Nadiem Makarim di Kasus Dugaan Korupsi Google Cloud

“Yang menjengkelkan itu kita capek-capek ribut melawan kaum radikal demi menjaga NKRI, eh kaum elite malah jualan isu radikalisme untuk melemahkan pemberantasan korupsi. Kan gak nyambung jadinya. Angel we angelll,” tulis Gus Nadie dikutip dari Twitter pada Kamis, 6 Mei 2021.

Di samping itu, Gus Nadie mengingatkan masyarakat bahwa para kiai Nahdlatul Ulama tidak pernah bilang mereka yang tak membaca doa Qunut itu radikal. Hal ini menanggapi terkait qunut sebagai bahan tes wawasan kebangsaan (TWK) untuk pegawai KPK yang akan beralih status menjadi ASN.

Tokoh Adat Setempat Dukung Pengelolaan Tambang Nikel Guna Kemajuan Papua

Sebabnya, pertanyaan yang muncul dalam tes wawasan kebangsaan yaitu doa qunut atau sikap terkait LGBT (lesbian, gay, biseksual dan transgender).

“Para kiai NU tidak pernah bilang mereka yang gak membaca qunut itu radikal. Justru para kiai menghormati keragaman pendapat sebagai modal kita bersama merawat bangsa. Jangan dipelintir atau dibenturkan, apalagi dijadikan tes wawasan kebangsaan. Beda mazhab OK. Yang jadi masalah itu takfiri,” ujarnya.

KPK Belum Panggil Eks Menag Yaqut di Kasus Kuota Haji, Apa Alasannya?
Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejagung RI, Anang Supriatna (tengah)

Respons Kejagung KPK Mau Periksa Kajari Mandailing Natal Soal Kasus Korupsi PUPR

Kejagung mengaku tak akan menghalangi KPK jika hendak memeriksa Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Mandailing Natal, Muhammad Iqbal.

img_title
VIVA.co.id
22 Juli 2025