Dukung Langkah AHY, Farah DPR: Lompatan Peradaban Bagi Kawasan yang Selama Ini Termarjinalkan
- Istimewa
Jakarta, VIVA - Langkah Menteri Koordinator bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono alias AHY yang buka peluang Bandara Kertajati sebagai bengkel pesawat maskapai domestik hingga internasional dinilai strategis.
Demikian disampaikan Anggota Komisi I DPR RI dari Dapil Jawa Barat IX yang mencakup Kabupaten Majalengka, Subang, dan Sumedang, Farah Puteri Nahlia. Dia menyebut langkah tersebut bisa membangkitkan daerah dalam partisipasi pembangunan nasional
"Ini bukan hanya peluang emas—ini adalah lompatan peradaban bagi kawasan kami yang selama ini termarjinalkan dari arus utama pembangunan nasional," kata Farah, dalam keterangannya, dikutip pada Jumat, 25 April 2025.
Dia mengutip data Kementerian Perhubungan yang menunjukkan per Maret 2025, volume penumpang di Bandara Kertajati sudah meningkat sebesar 120% dibanding tahun sebelumnya. Kondisi itu karena seiring dialihkannya penerbangan haji dan umrah dari Bandara Soekarno-Hatta.
Namun, menurut Farah, angka-angka itu baru awal. Ia yakin jika Bandara Kertajati jadi pusat Maintenance, Repair, and Overhaul (MRO) atau bengkel pesawat maskapai maka akan jadi sorotan internasional.
“Jika MRO kelas dunia dibangun, bukan hanya pesawat yang akan datang ke Kertajati—tapi juga teknologi, investasi asing, dan ribuan tenaga kerja baru,” jelas politikus Partai Amanat Nasional (PAN) itu.
Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati
- VIVA/ Natania Longdong
Pun, ia menyinggung saat ini wilayah Cirebon-Patimban-Kertajati atau Rebana mencakup tujuh kabupaten/kota sudah ditetapkan pemerintah sebagai kawasan strategis nasional. Dia menurutkan berdasarkan data Bappenas (2024), Rebana punya potensi menyerap hingga 4,4 juta tenaga kerja dalam dua dekade ke depan.
Apalagi, ia menikai kawasan tersebut juga punya akses langsung ke Pelabuhan Patimban, Tol Cipali, dan Jalur Kereta Api. Dengan demikian, bisa menjadikannya kawasan itu sebagai simpul logistik strategis.
“Investasi di Rebana bukan hanya tentang membangun gedung dan pabrik. Ini tentang memutus rantai kemiskinan struktural di daerah-daerah yang selama ini menjadi penonton pembangunan," ujar Farah.
Bagi Farah, pengembangan ini tak hanya soal infrastruktur fisik. Namun, kata dia, lebih penting dalam transformasi sosial dan kultural.
Ia menyebutkan di dapilnya memiliki bonus demografi berupa generasi muda produktif yang siap dilatih dan diberdayakan.
“Dengan pelatihan teknis dan pendidikan vokasi yang relevan, anak-anak muda dari Majalengka, Subang, dan Sumedang bisa menjadi teknisi pesawat, insinyur MRO, bahkan pengusaha rantai pasok lokal,” katanya.
Lebih lanjut, dia berhadap ada dukungan lintas sektoral dan partisipasi masyarakat dalam menyambut era baru pembangunan ini.
“Ketika Rebana bangkit, Indonesia akan merasakan dampaknya. Ini bukan sekadar proyek daerah, ini adalah agenda strategis nasional," lanjut Farah.
"Inilah saatnya daerah-daerah seperti kami menunjukkan bahwa kami bukan beban, tetapi tulang punggung masa depan Indonesia," sebut Farah.