Puan Soroti Kasus HIV Melonjak Drastis di Jabar, Minta Pemerintah Gerak Cepat
- Yeni Lestari/VIVA
Jakarta, VIVA – Ketua DPR RI Puan Maharani mengaku prihatin dengan melonjaknya kasus HIV yang menyerang kelompok usia anak dan remaja, khususnya di Provinsi Jawa Barat.
Puan mengatakan fenomena ini tidak hanya menjadi persoalan kesehatan semata, tapi juga ancaman nyata bagi kualitas generasi penerus bangsa.
"Generasi muda adalah modal terbesar bangsa. Jika mereka kehilangan kesehatan di usia produktif, maka yang terancam bukan hanya masa depan pribadi mereka, tetapi juga daya saing dan kemajuan negara,” kata Puan dalam keterangannya, Kamis, 14 Agustus 2025.
“Kesejahteraan rakyat tidak akan tercapai jika kita membiarkan penyakit ini merenggut potensi anak-anak kita," sambungnya.
Seperti diketahui, Kasus HIV di Jawa Barat mengalami lonjakan dan kelompok Lelaki Seks Lelaki (LSL) menjadi penyumbang tertinggi kasus baru sepanjang tahun 2024. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, dari total 1,191 juta orang yang dites HIV, kelompok LSL menyumbang 3.247 kasus positif HIV dari 52.105 orang yang diperiksa.
Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi (KPAP) Jawa Barat juga menyoroti lonjakan tajam kasus HIV dalam tiga tahun terakhir. Sejak 2022, angkanya melonjak drastis hingga 100 persen.
Pada tahun 2010 sampai 2021, telah ditemukan adanya 5.000 kasus. Tetapi sejak 2022 angkanya langsung naik jadi 8.620, lalu kembali naik menjadi 9.710 di 2023, dan meningkat tajam hingga terdapa 10.405 Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) pada Desember 2024.
Dari 10.405 ODHA di Jabar itu, lebih dari 2.900 di antaranya berasal dari kelompok anak dan remaja. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Jabar, sebanyak 107 ODHA tercatat di rentang usia 5-14 tahun, 645 orang di usia 15-19 tahun, dan 2.164 orang di usia 20-24 tahun.
Terkait hal ini, Puan pun mendorong Pemerintah untuk mengambil langkah cepat, terukur, dan menyeluruh dalam menanggulangi persoalan ini. Menurutnya, edukasi di lingkungan sekolah dan remaja perlu diperkuat melalui pendekatan yang selaras dengan nilai budaya dan agama.
"Pemerintah harus bergerak cepat dengan langkah yang terukur dan menyeluruh. Edukasi bagi remaja harus diperkuat melalui pendekatan yang sesuai dengan nilai budaya dan agama kita," tutur Puan.
Lebih lanjut, Puan berpandangan perlunya penyediaan layanan kesehatan yang ramah remaja. Ia menilai, anak-anak dan remaja harus memiliki akses terhadap layanan konseling, pemeriksaan dini, dan pengobatan yang mudah dijangkau, serta terjamin kerahasiaannya.