Puan Maharani: Indonesia Harus Berdiri Tegak di Tengah Badai Konflik Global
- Yeni Lestari/VIVA
Jakarta, VIVA – Ketua DPR RI Puan Maharani menegaskan bahwa Indonesia tidak boleh hanya menjadi penonton di tengah memanasnya situasi dunia. Menurutnya, di era multipolar seperti saat ini, posisi strategis Indonesia sangat penting untuk memastikan kepentingan nasional tetap terjaga di tengah perang dagang, konflik geopolitik, krisis iklim dan energi, hingga disrupsi teknologi.
Hal itu disampaikan Puan dalam Pidato Pengantar Sidang Bersama DPR-DPD RI Tahun 2025 di Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat 15 Agustus 2025.
“Dalam dunia multipolar saat ini, Indonesia harus menempatkan diri secara strategis untuk memperjuangkan kepentingan nasional di forum-forum internasional, mulai dari isu lingkungan, ekonomi, geopolitik, perdagangan global, hingga tata kelola dunia yang lebih adil,” kata Puan.
Ia menilai, Indonesia, seperti banyak negara lainnya, kini berada di tengah pusaran arus global. Karena itu, dibutuhkan pijakan yang kokoh dan arah yang jelas agar bangsa mampu memenangkan kepentingan negara sekaligus mempertahankan cita-cita kemerdekaan.
“Pondasi kedaulatan tidak hanya berarti menjaga batas wilayah, tetapi juga memastikan arah kebijakan luar negeri dan ekonomi nasional ditentukan secara mandiri,” tegasnya.
Dukung Seruan Perdamaian Dunia
Senada dengan Puan, Ketua MPR RI Ahmad Muzani juga menekankan pentingnya sikap tegas Indonesia dalam kancah politik luar negeri, terutama terkait isu kemanusiaan. Dalam Pidato Pengantar Sidang Tahunan MPR RI Tahun 2025, Muzani menyampaikan dukungan penuh terhadap langkah Presiden Prabowo Subianto yang konsisten menyerukan perdamaian dunia di forum internasional, termasuk dukungan terhadap kemerdekaan Palestina.
“MPR menyambut baik ikhtiar yang dilakukan oleh Presiden Prabowo Subianto yang selalu menyerukan perdamaian dalam forum internasional tentang tata kelola dunia baru, termasuk dukungannya terhadap kemerdekaan Palestina,” ujarnya.
Muzani mengingatkan bahwa keberpihakan Indonesia pada perjuangan kemerdekaan Palestina bukan hal baru. Prinsip tersebut sudah mengakar sejak Konferensi Asia Afrika (KAA) dan Gerakan Non-Blok yang menjadi monumen diplomasi internasional dan inspirasi bagi banyak negara berkembang.
