Pilot Project Budaya Pilah dari Rumah Bisa Kurangi Ratusan Kg Sampah di TPA Cilegon
- istimewa.
Jakarta, VIVA – Sistem pengelolaan sampah Improvement of Solid Waste Management to Support Regional and Metropolitan Cities Project (ISWMP), mendorong perubahan sistemik pengelolaan sampah dari hulu ke hilir.
Karenena, tidak hanya berfokus pada pembangunan fisik seperti membangun Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST). Namun juga menyasar penataan kelembagaan pengelolaan sampah, regulasi, pembiayaan, dan perubahan perilaku masyarakat.
Salah satunya dilakukan di kota Cilegon. Sistem yang selama ini berjalan cenderung konvensional—mengandalkan transporter untuk mengangkut sampah tercampur ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Bagendung, tanpa proses pemilahan di hulu.
Dengan program yang merupakan kolaborasi antara Pemerintah Kota Cilegon, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Kesehatan, dan Bank Dunia (selaku pemberi pinjaman) itu. Reformasi sistem pengelolaan sampah yang lebih modern, inklusif, dan berkelanjutan didorong.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Cilegon, Sabri Mahyudin, mengatakan, program ISWMP tidak hanya membangun infrastruktur fisik, tetapi juga membenahi sistem layanan dari hulu hingga hilir.
“Kegiatan ini menjadi langkah konkret dalam mendukung pengelolaan sampah yang lebih sistematis dan berkelanjutan, sejalan dengan misi Pemerintah Kota Cilegon untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat,” tegas Sabri dikutip dari keterangannya, Kamis 22 September 2025.
Dia mengungkapkan, salah satu strategi ISWMP bersama Pemerintah Kota Cilegon untuk meningkatkan aspek peran serta masyarakat adalah melalui paket pekerjaan Peningkatan Peran Aktif Masyarakat (PPAM). Salah satu kegatan yang dilakukan oleh tim PPAM Kota Cilegon adalah mengadakan pilot project di RT 19 RW 09, Kelurahan Bagendung—tepatnya di kawasan Perumahan Bukit Asri Kota Cilegon, yang berlokasi tidak jauh dari TPA sampah Bagendung.
Pilot project ini mulai dilaksanakan pada bulan Desember 2024 dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan secara kolaboratif. Di tingkat pusat dan provinsi, Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Banten turut mendampingi jalannya kegiatan. Dan di tingkat lokal, DLH Kota Cilegon, pemerintah kelurahan, serta jajaran RT/RW berperan aktif dalam mobilisasi dan fasilitasi warga.
Kegiatan ini juga mendapat dukungan kuat dari komunitas lokal, seperti Bank Sampah Al-Bustaniyah dan komunitas peduli lingkungan Cinta Bersih. Tak hanya itu, kolaborasi lintas sektor semakin diperkuat dengan keterlibatan sektor swasta dan lembaga sosial, termasuk Cakra Buana dan Vital Ocean Indonesia, yang memberikan kontribusi nyata dalam edukasi dan penyediaan sarana.
“Inisiatif ini menunjukkan bahwa perubahan dalam pengelolaan sampah dapat terwujud melalui sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta yang bekerja dalam satu visi: membangun sistem persampahan berbasis partisipasi dan kesadaran kolektif,” tambahnya.
Perubahan mulai terlihat hanya dalam waktu tiga bulan. Sebanyak 69 KK dari total 87 atau 79% KK mulai rutin memilah sampah di rumah. Anggota Bank Sampah bertambah menjadi 32 rumah tangga. Volume sampah yang dibuang ke TPA otomatis menurun. Tercatat dari 6.444 kg per bulan sebelum proyek, menjadi 6.227 kg di akhir Februari 2025. Selama program berjalan, total 975 kg sampah anorganik berhasil dikumpulkan untuk didaur ulang atau dijual kembali melalui bank sampah.
Partisipasi warga meningkat tak hanya dalam jumlah, tetapi juga dalam kualitas. Edukasi tentang pemilahan mulai melekat dalam kebiasaan sehari-hari. Warga mulai memahami pentingnya memilah organik, anorganik, dan residu.
Sampah dapur mulai dijadikan kompos atau dimanfaatkan untuk pakan maggot. Sampah bernilai jual dikumpulkan, ditimbang, dan dicatat. Hasilnya? Warga tak hanya mendapat lingkungan yang lebih bersih, tapi juga insentif ekonomi dalam bentuk sembako atau tabungan.
Kisah RT 19 RW 09 Kelurahan Bagendung Kecamatan Cilegon menjadi bukti bahwa pengelolaan sampah tak selalu harus dimulai dari kebijakan besar atau investasi mahal. Cukup dimulai dari rumah, dengan fasilitas sederhana, edukasi yang konsisten, dan kemauan warga untuk terlibat. Model seperti ini terbukti lebih murah, mudah dijalankan, dan sangat potensial untuk direplikasi.
Kini, program ini tidak berhenti di satu titik. Pemerintah dan tim pelaksana tengah menyiapkan strategi replikasi: dokumentasi praktik baik, pelatihan lintas wilayah, pembentukan tim fasilitator lokal, serta dorongan agar pilot project ini masuk ke dalam agenda kebijakan lingkungan Kota Kota Cilegon.