PPN Jadi 12 Persen Ditegaskan Tak Bikin Daya Beli Loyo, Ekonom Ungkap Perhitungannya

Ilustrasi pajak
Sumber :
  • Istimewa

Jakarta, VIVA – Tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) naik dari 11 persen ke 12 persen mulai 1 Januari 2025. Kenaikan ini sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP).

Pesan Airlangga buat Ekonom Minta Lanjutkan Perjuangan Kwik Kian Gie

Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyebut, kenaikan PPN 11 persen menjadi 12 persen hanya menyebabkan tambahan harga sebesar 0,9 persen bagi konsumen.

Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede mengatakan kenaikan PPN menjadi 12 persen tidak akan berdampak signifikan terhadap daya beli masyarakat secara keseluruhan.

Kwik Kian Gie Tutup Usia, Intip 6 Warisan Pemikiran Sang Ekonom

"Kenaikan PPN menjadi 12 persen dianggap tinggi oleh sebagian masyarakat, meskipun dampaknya terhadap harga barang secara keseluruhan hanya diperkirakan sekitar 0,9 persen. Hal ini relatif kecil karena barang kebutuhan pokok seperti beras, daging, sayur, dan susu tetap dibebaskan dari PPN," ujar Josua saat dihubungi VIVA Senin, 23 Desember 2024.

Ilustrasi Pajak.(istimewa/VIVA)

Photo :
  • VIVA.co.id/B.S. Putra (Medan)
OJK Wanti-wanti Perbankan Data Slik Tak Boleh Hambat Pencairan KPR Subsidi, Kalau Dipersulit Lapor ke Sini!

Josua menjelaskan, kenaikan tarif PPN ini sebagian besar diterapkan terhadap barang mewah seperti ke barang mewah seperti daging wagyu, pendidikan internasional, dan layanan kesehatan VIP. Kelompok barang ini sebelumnya tidak dikenakan tarif PPN oleh pemerintah. 

"Kenaikan harga akibat PPN cenderung tidak signifikan terhadap daya beli mayoritas masyarakat karena insentif pemerintah seperti subsidi bahan pokok, bantuan sosial (bansos), dan pengurangan pajak bagi UMKM tetap diberikan," tekannya. 

Dia menjelaskan, tidak besarnya dampak kenaikan PPN menjadi 12 persen ini karena skema tarif progresif yang menargetkan barang dan jasa mewah. Kemudian adanya berbagai insentif dan subsidi yang diberikan pemerintah mengimbangi dampak kenaikan PPN.

Josua menilai, berbagai stimulus yang diberikan ini membantu masyarakat untuk mempertahankan daya beli secara keseluruhan, meski tarif PPN naik dari 11 persen ke 12 persen.

ilustrasi pajak

Photo :
  • www.istockphoto.com

Adapun DJP memberikan ilustrasi kenaikan PPN menjadi 12 persen. Misalnya untuk harga minuman bersoda seharga Rp 7.000. Dengan tarif PPN saat ini sebesar 11 persen, maka PPN yang dikenakan sebesar Rp 770, sehingga total minuman plus kena PPN 11 persen yang dibayar konsumen sebesar Rp 7.770.

Namun, pada tahun 2025 dari adanya tarif PPN 12 persen dengan harga minuman bersoda yang sama, maka PPN 12 persen menjadi sebesar Rp 840. Untuk harga minuman yang dibayarkan sebesar Rp 7.840, atau kenaikan harga ke konsumen sebesar 0,9 persen.

Menteri Investasi Rosan Roeslani yang ditugaskan jadi Group CEO Danantara.

Kenang Rosan ke Sosok Kwik Kian Gie: Salah Satu Ekonom Terbaik

Rosan mengakui, almarhum Kwik Kian Gie merupakan salah satu sosok ekonom terbaik sekaligus tokoh reformis luar bisa yang dimiliki Indonesia.

img_title
VIVA.co.id
29 Juli 2025