Dongkrak Kualitas Hidup MBR, Perumnas 'Getol' Kembangkan Hunian Subsidi Tengah Kota

Hunian dengan konsep TOD [Humas Perumnas]
Sumber :
  • VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya

Jakarta, VIVA – Program penataan kawasan kumuh vertikal atau revitalisasi rumah susun (rusun) maupun pengembangan hunian subsidi di tengah kota, dinilai sebagai langkah strategis untuk meningkatkan kualitas hidup warga perkotaan.

OJK Wanti-wanti Perbankan Data Slik Tak Boleh Hambat Pencairan KPR Subsidi, Kalau Dipersulit Lapor ke Sini!

Terkait hal tersebut, Plt. Direktur Utama Perumnas, Tambok Setyawati, menegaskan komitmen Perumnas dalam mendukung percepatan program revitalisasi kawasan hunian, serta pengembangan hunian subsidi vertikal di kawasan perkotaan.

Menurutnya, proyek seperti Rusun Klender dan Alonia Kemayoran, merupakan bukti nyata bahwa hunian subsidi yang layak dan terjangkau bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) tetap bisa diwujudkan di tengah kota.

Incar Pasar Hunian Anak Muda, Perumnas Pacu Strategi Pemasaran Inklusif dan Digital

"Revitalisasi kawasan dan pengembangan hunian vertikal subsidi seperti Klender dan Alonia Kemayoran, bukan hanya soal membangun fisik hunian highrise. Tapi juga menciptakan ekosistem hunian yang lebih manusiawi, produktif, dan relevan dengan kebutuhan generasi muda kota," kata Tambok dalam keterangannya, Jumat, 25 Juli 2025.

Hunian Samesta Mahata Tanjung Barat yang dikembangkan Perumnas

Photo :
  • Dok. Perumnas
BP Tapera-Bank BJB Tawarkan Rumah Subsidi dengan Cicilan Rp1 Jutaan, DP Hanya 1%

"Perumnas terus berupaya menjadi garda terdepan, dalam penyediaan hunian vertikal yang terintegrasi, modern, dan terjangkau, khususnya bagi MBR," ujarnya.

Senada, Pengamat Infrastruktur dan Tata Kota, Yayat Supriatna menyebut, konsep rusun menghadirkan kualitas bangunan lebih baik, sanitasi optimal, air bersih memadai, dan pencahayaan yang lebih sehat.

"Rusun itu sangat penting dalam program revitalisasi kawasan kumuh lantaran memiliki kualitas bangunan yang lebih baik, sanitasi yang lebih optimal, air bersih yang cukup, lingkungan yang lebih sehat, pencahayaannya yang lebih bagus," kata Yayat.

Menurutnya, kondisi permukiman kumuh di Jakarta disebabkan berbagai faktor, yakni ketersediaan hunian terjangkau dan daya beli masyarakat. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan, hanya 56 persen penduduk di Jakarta yang sudah memiliki rumah.

Ilustrasi maket Perumnas.

Photo :

"Banyak yang bisanya tinggal di pinggiran Jakarta. Hal ini membuat biaya transportasi menjadi lebih besar, bahkan hingga 30-40 persen pengeluarannya hanya untuk transportasi," ujarnya.

Yayat menyebut, revitalisasi rusun menjadi solusi paling realistis untuk kota-kota besar seperti Jakarta, agar lebih tertata dan layak huni. Menurutnya, konsep ini selaras dengan arahan Presiden Prabowo Subianto, yang mencontoh keberhasilan Singapura dalam pembangunan hunian vertikal.

"Hal itu sudah dinyatakan oleh Presiden Prabowo Subianto di Singapura. Dimana beliau akan meniru Singapura dalam penyediaan perumahan itu. Artinya warga didorong untuk tinggal di rumah susun," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya