Tembus Rp 1,7 Juta per Gram, Begini Tren Lonjakan Harga Emas Antam 10 Tahun Terakhir
- ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Jakarta, VIVA – Harga emas domestik, salah satunya produk Antam terus mencatatkan kenaikan dalam 10 tahun terakhir. Hanya turun sedikit untuk sementara waktu, kemudian bersiap naik lebih tinggi di hari-hari selanjutnya.
Tak salah jika emas logam mulia menjadi investasi yang aman dan menarik bagi banyak kalangan, karena minim risiko.Â
Berdasarkan informasi yang dihimpun VIVA dari laman resmi Antam, harga emas logam mulia 1 gram Antam pada awal tahun 2015 ada di angka Rp 553.400, tepatnya pada 5 Januari 2015.
Kini, harga 1 gram logam mulia itu telah mencapai Rp 1.709.000 per gram per tanggal 5 Maret 2025. Jika dikalkulasi, kenaikannya mencapai 1.155.600 atau naik 208,81 persen dalam 10 tahun.
Grafik harga emas Antam 10 tahun dan 6 bulan
- Dok. laman logam mulia Antam
Kemudian jika dibanding awal tahun 2025, kenaikan harga emas telah mencapai Rp 159 ribu per gram, dari Rp 1.550.000 pada 6 Januari 2025 atau naik 1,02 persen.
Pandemi, Geopolitik, hingga Bank Emas
Pengiriman perdana emas Freeport ke Antam
- Dok. MIND ID
Tren kenaikan harga emas yang mencapai berkali-kali mencapai all time high terlihat secara drastis sejak tahun 2020 atau sejak pandemi COVID-19. Kenaikan tersebut tidak berhenti hingga hari ini yang disebabkan oleh momentum global seperti konflik geopolitik perang Rusia-Ukraina hingga Palestina-Israel.
Harga emas Antam memang sempat anjlok jelang peluncuran bank emas atau bullion bank pada 26 Februari 2025. Namun, setelahnya harga emas kembali berkilau dan terus memecahkan rekor barunya.
Presiden RI Prabowo Subianto diketahui telah meresmikan layanan bank emas atau bullion bank hari ini, Rabu, 26 Februari 2025. Peresmian digelar di The Gade Tower, Jakarta Pusat sekitar pukul 14.00 WIB.
Presiden RI Prabowo Subianto saat meresmikan Bank Emas di The Gade Tower, Jakarta Pusat, Rabu, 26 Februari 2025
- VIVA.co.id/Yeni Lestari
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan OJK, usaha bullion dapat memaksimalkan added value dari sumber daya emas yang ada di Indonesia, baik emas hasil tambang maupun stok emas yang dimiliki masyarakat.
"Pengembangan usaha bullion akan memberikan keuntungan bagi tiga pihak, yaitu pemerintah, masyarakat dan pelaku usaha, serta Lembaga Jasa Keuangan (LJK)," ujar Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Dian Ediana Rae beberapa waktu lalu.
Selain itu, Dian mengatakan bahwa usaha bullion dapat berpotensi meningkatkan konsumsi emas ritel, yang akan memacu peningkatan industri emas dan keseluruhan bisnis dalam ekosistem emas yang mewadahi, dengan tambahan value added (VA) hingga sebesar Rp 30-Rp 50 triliun.
"Karena itu, potensinya tentu akan sangat besar dan didukung dengan ekosistem pengembangan usaha bullion bank yang ada saat ini," kata Dian.
"Antara lain produsen, refiner, manufacturer, wholesales dan retailers, serta masyarakat yang menjadikan logam mulia sebagai sarana investasi dan pengembangan bisnis," ujarnya.
