BI Bantah Deflasi Februari gegara Daya Beli Masyarakat Melemah

Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Juli Budi Winantya
Sumber :
  • VIVA.co.id/Anisa Aulia

Jakarta, VIVA – Bank Indonesia (BI) membantah penyebab deflasi Februari sebesar 0,48 persen secara month to month (mtm) dan 0,09 persen secara tahunan (year on year/yoy) karena melemahnya daya beli masyarakat Indonesia.

Meski Stok Melimpah, Harga Beras Grosir hingga Eceran Justru Naik di Juni 2025

Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Juli Budi Winantya mengatakan untuk mengukur daya beli masyarakat Indonesia ditunjukkan melalui inflasi inti. Hal itu karena mencerminkan interaksi antara penawaran dan permintaan.

"Terkait dengan inflasi inti sendiri, ini sampai dengan bulan Februari inflasi inti secara tahunan ada di kisaran 2,48 persen. Jadi, masih di angka yang sebenarnya," kata Juli dalam acara Taklimat Media di Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 6 Maret 2025.

Ekspor Batu Bara RI Anjlok 19,10 Persen di Januari-Mei 2025

Ilustrasi deflasi- pedagang cabai

Photo :
  • ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

Juli menyampaikan, untuk pertumbuhan konsumsi rumah tangga di kuartal IV-2024 dan secara keseluruhan tahun ini masih di kisaran 5 persen. Dengan demikian, kondisi daya beli masyarakat dinilai masih terjaga.

BPS Bongkar 3 Negara Biang Kerok Defisit Perdagangan Indonesia

"Kuartal IV keseluruhan tahun itu pertumbuhan konsumsi rumah tangga masih ada di kisaran 5 persen. Sehingga menurut kami ini masih cukup baik, terkait dengan pertumbuhan ekonomi dan juga terkait konsumsi rumah tangga," katanya.

Adapun BPS mencatat Indonesia pada Februari 2025 mengalami deflasi 0,48 persen secara mtm, dan 0,09 persen secara yoy. Deflasi ini disebabkan oleh diskon tarif listrik yang diberikan pemerintah.

Sebelumnya, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar membantah deflasi pada Februari 2025 ini karena turunnya daya beli masyarakat. Dijelaskan dia, penyebab deflasi ini karena pengaruh diskon tarif listrik yang diberikan pemerintah sebesar 50 persen.

"Ini bukan karena penurunan daya beli, tetapi kan karena pengaruh dari diskon tarif listrik ini yang memberikan andil deflasi dua bulan berturut-turut. Karena ini kebijakan pemerintah melalui diskon tarif listrik 50 persen," ujar Amalia dalam konferensi pers Senin, 3 Maret 2025.

Amalia menuturkan, berdasarkan catatan BPS, Indonesia juga mengalami deflasi tahunan terakhir pada Maret 2000. Deflasi pada 2000 ini disumbang oleh kelompok bahan makanan

"Terakhir menurut catatan BPS, deflasi yoy pernah terjadi pada bulan Maret 2000, di mana pada saat itu deflasi sebesar 1,10 persen. Deflasi itu didominasi oleh kelompok bahan makanan," tutur Amalia.


 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya