Ekspor Batu Bara RI Anjlok 19,10 Persen di Januari-Mei 2025

Perdagangan Batu Bara oleh PT Sumber Global Energi (SGER)
Sumber :
  • Dok. SGER

Jakarta, VIVA – Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS), Pudji Ismartini, melaporkan anjloknya ekspor batu bara Indonesia sebesar 19,10 persen pada periode Januari-Mei 2025.

Meski Stok Melimpah, Harga Beras Grosir hingga Eceran Justru Naik di Juni 2025

Dia menjelaskan, turunnya ekspor batu bara yang merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia itu, paling banyak terjadi untuk tujuan ekspor ke China, India, dan Jepang.

Karenanya, Pudji menyampaikan bahwa kelompok besi dan baja, batu bara, serta crude palm oil (CPO) dan turunannya, hanya memberikan andil 29,01 persen dari total ekspor non-migas Indonesia pada periode Januari-Mei 2025.

BPS Bongkar 3 Negara Biang Kerok Defisit Perdagangan Indonesia

"Nilai ekspor besi dan baja naik 11,02 persen secara kumulatif, nilai ekspor batu bara turun 19,10 persen secara kumulatif, dan nilai ekspor CPO dan turunannya naik 27,89 persen secara kumulatif," kata Pudji dalam konferensi pers, Selasa, 1 Juli 2025.

Batu Bara PT Sumber Global Energi Tbk (SGER)

Photo :
  • Dokumentasi SGER
Indonesia Paling Banyak Impor Barang dari 3 Negara Ini di Periode Januari-Mei 2025

Dia pun merinci penurunan ekspor batu bara Indonesia di ketiga negara tersebut. Pertama yakni China yang anjlok sebesar 37,34 persen, dengan penurunan volume sebesar 19,39 persen.

Kemudian diikuti India yang nilainya turun 21,64 persen dengan penurunan volume 9,68 persen, serta Jepang yang turun 36,11 persen dengan penurunan volume hingga 22,68 persen.

Meski demikian, Pudji mengaku bahwa pihaknya belum bisa memastikan apakah penurunan ekspor batu bara Indonesia ini ada sangkut-pautnya dengan isu China dan India yang beralih ke komoditas batu bara berkalori tinggi.

MIND ID dan CATL kerja sama kembangkan inovasi grafit sintetis dari batu bara [dok. Humas MIND ID]

Photo :
  • VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya

Terlebih, jumlah batu bara berkalori tinggi memang masih sangat minim di Indonesia, sehingga masalah ini menurutnya masih memerlukan kajian lebih lanjut.

"Untuk melihat ada atau tidaknya faktor beralihnya China dan India ke batu bara berkalori tinggi, dibutuhkan kajian lebih lanjut," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya