Ketum Kadin Anindya Bakrie Ungkap Nilai Perdagangan Indonesia-Vietnam Ditargetkan US$18 Miliar pada 2025
- VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya
Jakarta, VIVA - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Anindya Bakrie mengungkapkan, Indonesia dan Vietnam membidik target perdagangan sebesar US$18 miliar pada 2025. Dia meyakini, nilai perdagangan kedua negara tersebut dapat tercapai.
Hal ini disampaikannya usai melakukan pertemuan dengan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Komite Sentral Partai Komunis Vietnam (PKV) To Lam di Hotel Mandarin Oriental, Jakarta.
“Tentu angkanya sudah ditetapkan US$18 miliar. Saya juga rasa itu dapat tercapai, lihat dari animonya dan juga antusiasmenya,” ujar Anindya, Minggu, 9 Maret 2025.
Anin begitu sapaan akrabnya mengatakan, keyakinan ini dipicu sebab Indonesia dan Vietnam merupakan mesin pertumbuhan dari ASEAN.
“Bukan saja untuk growth antar negara, tapi bisa juga dengan growth yang besar ini menopang kebutuhan pertumbuhan dunia yang saat ini tentunya sedikit melambat. Dan buat Indonesia, terutama dari bidang agrikultur dan juga perikanan, ini menjadi suatu potensi yang besar,” jelasnya.
Sekjen Partai Komunis Vietnam To Lam Tiba di Indonesia (Foto: Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden)
- VIVA.co.id/Foe Peace Simbolon
Anin mengungkapkan, usai dilakukannya pertemuan bersama To Lam ini, kedua negara berkomitmen untuk memperkuat kerja sama di bidang perdagangan dan investasi.
“Target dari kedua negara adalah untuk memanfaatkan relasi yang baik, dan juga perjanjian yang sudah ada untuk meningkatkan trade atau perdagangan dan juga investasi,” jelasnya.
Adapun pada tahun 2024, nilai perdagangan antara Indonesia dan Vietnam mencapai US$16 miliar.
Anin mengatakan, Indonesia saat ini paling banyak mengekspor produk ke Vietnam berupa komoditas batu bara, minyak sawit, dan produk-produk perikanan. Sedangkan Vietnam paling banyak mengimpor produk elektronik.
"Vietnam ke Indonesia ini produk-produk elektronik itu sangat kuat, sehingga kita berpikir bagaimana kita bisa memanfaatkan ilmu mereka, produktivitas mereka di perikanan, pertanian. Tapi juga meningkatkan value chain dari sisi elektronik, bahkan bukan tidak mungkin sampai ke semikonduktor," imbuhnya.