INDEF: Ekonomi Sejumlah Negara Diproyeksi Anjlok Imbas Tarif Impor Trump
- VIVA.co.id/Anisa Aulia
Jakarta, VIVA - Kebijakan tarif impor agresif Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump terhadap sejumlah negara diproyeksikan akan menurunkan pertumbuhan ekonomi. Vietnam dan China diperkirakan menjadi negara yang paling terdampak atas tarif impor tersebut.
Peneliti Industri, Perdagangan, dan Investasi INDEF Ahmad Heri Firdaus mengatakan, jika tarif itu sudah resmi berlaku maka pertumbuhan ekonomi negara akan mengalami penurunan yang beragam. Vietnam disebut Heri menjadi negara yang paling parah terdampak.
Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif masuk barang impor ke AS
- AP Photo/Mark Schiefelbein
"Paling besar memang terkena dampak itu Vietnam, jadi akan mereduksi pertumbuhannya atau akan mengurangi pertumbuhannya sebesar 0,84 persen. Artinya kalau misalnya Vietnam tumbuhnya 5 persen, gara-gara ada kebijakan ini nggak jadi 5 persen hanya 4,16 persen, karena reduksi 0,8 persen," ujar Heri dalam Diskusi Publik INDEF, Jumat, 4 April 2025.
Selain Vietnam, Heri menjelaskan bahwa China menjadi negara kedua yang mengalami dampak besar ke pertumbuhan ekonomi. Perekonomian negara ini diproyeksikan turun 0,61 persen.
Adapun Vietnam terkena tarif impor Trump sebesar 46 persen, dan China terkena tarif impor barang sebesar 34 persen.
Sedangkan untuk Indonesia, Heri menjelaskan bahwa Indonesia tidak akan terdampak dalam. Pertumbuhan ekonomi RI hanya akan tergerus 0,05 persen.
"Indonesia ini memang hanya tergerus sebesar, hanya berkurang sebesar minus 0,05 persen," terangnya.
Dia menerangkan, tidak besarnya dampak ini lantaran Indonesia masih banyak berdagang dengan negara lainnya seperti India, China, Uni Eropa, dan ASEAN.Â
"Nah, sementara bagi Cina dan Vietnam, mungkin peranan AS ini cukup penting bagi AS sendiri," katanya.
Meski demikian, Heri mengatakan bahwa Amerika Serikat juga akan turut terdampak atas kebijakan tarif impor tersebut. Pertumbuhan ekonomi negara ini diperkirakan akan terkontraksi sebesar 0,09 persen.
"Jadi, ini juga akan menimbulkan dampak negatif untuk pertumbuhan ekonominya di negaranya," imbuhnya.