Peningkatan Ekspor Jadi Prioritas, Kementerian Perdagangan Dorong Kontribusi UMKM dan Peran Perempuan

Ilustrasi Perempuan yang menjadi pemimpin di suatu perusahaan.
Sumber :
  • dok. Grant Thornton Internasional

Jakarta, VIVA – Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Fajarini Puntodewi, menyampaikan peningkatan ekspor menjadi fokus utama Kementerian Perdagangan. Langkah tersebut sebagai upaya mewujudkan program pemerintah dalam mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen 

Cerita Pilu Pedagang Distrik Blok M Ubah Kios Kumuh Jadi Ramai, Angkat Kaki Gegara Biaya Sewa Naik

"Ekspor pun harus digenjot lebih kencang lagi supaya target itu bisa tercapai," ujar Fajarini Puntodewi dalam acara Gambir Trade Talk di Jakarta pada Kamis, 24 April 2025. 

Berdasarkan neraca perdagangan kuartal I-2025, Fajarini menilai kinerja ekspor-impor masih cukup bagus khususnya pada bulan Januari dan Februari. Nilai ekspor membukukan US$ 62,98 miliar atau tumbuh 7,84 persen secara year on year (yoy).

Rupiah Melemah Usai Optimisme BI Soal Ekonomi RI 2026 Tumbuh 5,4 Persen

Begitu juga dengan neraca perdagangan selama tiga bulan pertama tahun 2025 mencatatkan surplus senilai US$ 15,76 miliar. Nilai tersebut hampir setengah dari surplus sepanjang tahun 2024 sebesar Rp US$ 31,04 miliar. 

BNI Perkuat Dukungan ke UMKM Lewat Kredit Produktif dan Inovasi Digital

Dalam upaya mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen, Kementerian Perdagangan telah menetapkan peningkatan target ekspor secara bertahap. Capaian ekspor di tahun 2025 ditetapkan sebesar 7,1 persen dan nantinya pada tahun 2029 mampu mencatat sekitar 9,6 persen. 

Selain itu, Kementerian Perdagangan juga membuat proyeksi target peningkatan ekspor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Hal tersebut dilakukan sebagai upaya tambahan dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi nasional. 

"Karena memang peran UMKM masih sangat kecil sebenarnya. Kalau kita baca dari data BPS hanya sekitar 15 persen. Di Kementerian Perdagangan pernah melakukan hitungan berdasarkan dengan SKA kemungkinan kurang dari 10 persen. Jadi memang harus didorong ya," tutur Fajarini. 

Dari enam pula besar yang ada Indonesia, Pulau Jawa masih diandalkan untuk meraih cuan dari ekspor sebesar Rp1,9 juta miliar. Sementara dari industri, produk berteknologi menengah dan tinggi diharapkan mampu menyumbang 24,96 persen terhadap pertumbuhan ekonomi domestik. 

Lebih lanjut, Fajarini menyampaikan partisipasi aktif perempuan di ekonomi menjadi salah satu perhatian khusus terutama dalam kegiatan ekspor. Menurutnya, kesetaran gender bukan menjadi hal yang penting melainkan bagaimana perempuan mendapatkan hak yang sama.

"Kita sebagai perempuan ingin mendapatkan hak semudah-mudahnya sesuai apa yang kita butuhkan. Jadi tidak harus sama, nanti kalau disuruh angkat karung kita (perempuan) juga disuruh angkat karung. Kita memiliki hak yang sama harus kita garis bawahi bahwa bagaimana memberikan hak yang seluas-luasnya kepada perempuan untuk memenuhi kebutuhannya dan mengembankan potensinya," jelas Fajarini.

Berdasarkan kajian yang dilakukan Kementerian Perdagangan dan SheTrades Initiatives ITC pada tahun 2024, hanya ada 20 persen perusahaan ekspor yang dimiliki atau dikelola oleh perempuan. Sementara secara global, keterlibatan perempuan dalam bidang ini hanya 5 persen. 

"Perempuan Indonesia sudah maju jika dibandingkan secara keseluruhan tetapi pengusaha perempuan masih sangat sedikit hanya sekitar 6 persen," kata Fajarini. 

Ketua Koperasi Pedagang Pasar Pusat Melawai (Kopema), Sutomo

Kopema Bantah Naikkan Sewa Kios di Blok M Rp15 Juta per Bulan: Kami Difitnah!

Kopema membantah menaikkan sewa kios pedagang di Plaza 2 Blok M, Jakarta Selatan, hingga Rp15 juta per bulan

img_title
VIVA.co.id
4 September 2025