Investor China Ambil Alih Proyek Baterai EV di RI dari Korea Selatan, Ini Kata Menperin

Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita
Sumber :
  • Kementerian Perindustrian

Jakarta, VIVA – Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita mengaku, pihaknya tidak khawatir dengan hengkangnya LG dari investasi proyek pengembangan baterai kendaraan listrik alias electric vehicle (EV), senilai US$9,8 miliar atau sekitar Rp 164 triliun (asumsi kurs Rp 16.800 per dolar AS).

Rosan Pede Danantara Bisa Bantu Capai Target Investasi Rp2.175,26 Triliun pada 2026

Menurutnya saat ini perusahaan asal China, Huayou, juga sudah resmi menggantikan posisi LG untuk menggarap proyek tersebut. Sehingga, Agus memastikan bahwa cabutnya LG dari proyek itu tidak akan mempengaruhi pertumbuhan ekosistem industri kendaraan listrik di Indonesia.

"Tidak perlu dikhawatirkan, karena akan digantikan dengan mitra investasi baru dari perusahaan Tiongkok, yakni Huayou," kata Agus dalam keterangannya, Kamis, 24 April 2025.

Gelar ISF 2025, Indonesia Bidik Jadi Hub Regional Investasi Berkelanjutan

Dia bahkan menganggap bahwa pergantian investor semacam itu merupakan suatu hal yang wajar. "Dalam sebuah konsorsium bisnis atau proyek skala besar, pergantian investor merupakan hal yang lazim terjadi. Dan ini tidak mengganggu dari target program pengembangan EV di Indonesia," ujarnya.

Ilustrasi perusahaan Huayou

Photo :
  • Istimewa/Yicai Global
Apple Gencar Investasi di AS Usai Diancam Trump, BKPM Jamin Investasinya di RI Aman

Agus menambahkan, sejauh ini sudah ada sejumlah perusahaan baterai kendaraan listrik yang sudah berproduksi di Indonesia, baik untuk produksi baterai motor listrik, baterai sel mobil listrik, maupun baterai pack.

"Akselerasi pengembangan untuk ekosistem kendaraan listrik di Indonesia tetap berjalan sesuai perencanaan dan targetnya, apalagi sudah ada yang berproduksi," kata Agus.

Dia juga merinci bahwa saat ini sudah ada 2 perusahaan yang memproduksi baterai untuk motor listrik, yakni PT Industri Ion Energisindo yang memiliki kapasitas produksi sebanyak 10.000 pcs baterai per tahun dengan investasi sebesar Rp 18 miliar. Lalu ada pula PT Energi Selalu Baru yang memiliki kapasitas produksi sebanyak 12.000 pcs baterai per tahun, dengan investasi sebesar Rp 15 miliar.

Sementara pada industri baterai sel mobil listrik ada PT HLI Green Power, yang merupakan konsorsium antara Hyundai Grup dan LG. Konsorsium ini memiliki kapasitas tahap pertama sebanyak 10 GWh, dengan total nilai investasi mencapai US$1,1 miliar.

"Industri sel baterai ini akan memasok 150.000 hingga 170.000 unit kendaraan bermotor listrik melalui PT Hyundai Energy Indonesia selaku industri baterai pack yang memiliki kapasitas produksi mencapai 120 ribu pack baterai kendaraan bermotor listrik dengan total investasi sebesar Rp 674 miliar," ujarnya.

Kemudian di industri baterai sel ada juga PT International Chemical Industry, yang memiliki kapasitas produksi mencapai 100 MWh per tahun atau setara dengan 9 juta sel. Dimana mereka memiliki target total kapasitas produksi sebesar 256 MWh per tahun, atau setara 25 juta sel.

Selanjutnya di sektor baterai pack, selain PT Hyundai Energy Indonesia masih ada juga produsen baterai pack lain yakni PT Gotion Green Energy Solutions Indonesia. Perusahaan itu memiliki total nilai investasi lebih dari US$8,7 juta, dengan kapasitas produksi sebesar 17.952 unit per tahun.

Dalam sektor hilir kendaraan listrik, Agus mengatakan bahwa pihaknya menargetkan industri otomotif dalam negeri agar dapat memproduksi 9 juta unit motor listrik roda dua dan tiga, serta 600 ribu unit mobil dan bus listrik pada 2030 mendatang.

"Hingga saat ini, di Indonesia sudah ada 63 perusahaan yang memproduksi sepeda motor listrik roda dua dan tiga, dengan jumlah kapasitas produksi sebanyak 2,28 juta unit per tahun dan total investasi sebesar Rp 1,13 triliun," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya