Blak-blakan soal Anjloknya Lifting Minyak RI, Bahlil Singgung Peran IMF

Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta (sumber: Biro Pers Sekretariat Presiden)
Sumber :
  • VIVA.co.id/Yeni Lestari

Jakarta, VIVA – Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia mengatakan, terdapat peran pihak Dana Moneter Internasional alias International Monetary Fund (IMF), di balik fenomena anjloknya lifting minyak Indonesia saat ini.

Sri Mulyani Beberkan Tren Pelemahan Ekonomi Mulai Terjadi Imbas Kebijakan Tarif Trump

Dia pun menceritakan kondisi pada medio 1996-1998, saat puncak lifting minyak Indonesia mencapai 1,5-1,6 juta barel per hari. Kala itu, angka konsumsi BBM nasional hanya 500 ribu barel per hari, sehingga sisanya bisa diekspor ke luar negeri.

"Itulah yang membuat kemudian negara kita menjadi negara OPEC," kata Bahlil di acara Human Capital Summit di JCC Senayan, Jakarta, Selasa, 3 Juni 2025.

BRICS Buat Bank Baru Tandingi World Bank dan IMF

[Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, dalam konferensi pers di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin, 26 Mei 2025

Photo :
  • VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya

Kondisi tersebut akhirnya berubah saat krisis ekonomi pecah tahun 1998, dimana sejumlah lembaga internasional termasuk IMF datang ke Indonesia dan menawarkan berbagai paket kebijakan yang kala itu diklaim sebagai obat atau solusi krisis ekonomi.

Perkuat Kontrol Negara, Komisi XII DPR Dukung Bahlil Ubah RKAB Tambang Jadi 1 Tahun

Pada kesempatan itulah, Bahlil menilai bahwa agenda IMF soal perubahan Undang-Undang minyak dan gas (UU Migas), mulai masuk sebagai rekomendasi solusi ekonomi sehingga membuat lifting minyak Indonesia turun sampai hari ini.

"Dan dari situ lifting (minyak) kita mulai turun terus," ujar Bahlil.

International Monetary Fund (IMF).

Photo :
  • ANTARA

Sampai tahun 2024 lalu, Bahlil mengatakan bahwa lifting minyak Indonesia menjadi hanya 580 ribu barel per hari, dengan angka konsumsi yang menembus 1,6 juta barel per hari.

Kondisi inilah yang diakui Bahlil mengharuskan Indonesia untuk terus melakukan impor minyak setiap tahunnya, guna memenuhi kebutuhan konsumsi BBM secara nasional.

"Untuk urusan ini, kita boleh percaya asing karena mereka adalah negara hebat. Tapi di balik kepercayaan kita yang kuat, kita juga harus ikhtiar. Tidak semua obat yang diberikan itu untuk kebaikan kesembuhan dari penyakit kita, dan ini sudah terjadi kita rasakan sekarang ini," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya