Perang Israel-Iran Bikin Ketar-Ketir Para Bos Minyak Dunia

Ilustrasi Shell
Sumber :
  • Istimewa

Jakarta, VIVA – Konflik Israel-Iran yang terus berlanjut menyebabkan ketegangan global, khususnya pelaku usaha di industri perminyakan. Para eksekutif perusahaan minyak terkemuka di dunia kompak membunyikan peringatan imbas perang dua negara di kawasan Timur Tengah tersebut. 

Iran Sebut 935 Warganya Tewas Akibat Perang 12 hari dengan Israel, 132 Wanita dan 38 Anak-anak

Bos Total Energi, Shell hingga EnQuest menyuarakan keresahan dan kekhawatiran yang sama imbas serangan yang ditujukan ke infrastruktur energi milik Iran. Hal ini dapat menimbulkan konsekuensi serius terhadap pasokan dan harga minyak dunia. 

Israel mengarahkan serangan tiba-tiba ke infrastruktur militer dan nuklir Iran pada Jumat, 20 Juni 2025. Tindakan ini memicu serbuan yang dilakukan kedua negara selama empat hari berturut-turut.

Menlu Sugiono: Penutupan Selat Hormuz Bakal Pengaruhi Impor Minyak Indonesia

Beberapa fasilitas minyak dan gas, baik di Iran maupun Israel yang terdampak atas gempuran tersebut meskipun sejauh ini infrastruktur energi utama masih aman dan distribusi minyak mentah lancar. Namun, potensi gangguan pasokan tetap menjadi perhatian utama. 

Labirin dan katup minyak mentah Departemen Energi AS

Photo :
  • ANTARA/REUTERS/Richard Carson/am
Ali Khamenei Sebut Trump Lebay, Serangan Amerika Tak Bawa Dampak Signifikan

Skenario terburuk adalah Iran memblokir Selat Hormuz sebagai choke point atau area strategis dalam jalur laut di dunia yang berperan sebagai rute keluar masuknya kapal tanker dari negara-negara penghasil minyak. Ketika konflik antara Israel dan Iran terus memanas, sejumlah pemilik kapal mulai menghindari pelayaran melalui Selat Hormuz. 

Jalur perairan ini merupakan salah satu rute pengiriman minyak paling vital di dunia karena menghubungkan Teluk Persia dengan Laut Arab. Pasokan minyak terganggu dapat memicu kenaikan harga energi global, meningkatkan ongkos pengiriman, serta menimbulkan keterlambatan distribusi.

Meski begitu, sebagian pengamat pasar menilai bahwa kemungkinan Iran benar-benar menutup Selat Hormuz sangat kecil. Selain berisiko tinggi secara geopolitik, langkah tersebut dinilai hampir mustahil dilakukan dari sisi teknis dan logistik.

"96 jam terakhir sangat memprihatinkan, baik untuk kawasan ini dan secara lebih luas dalam hal arah sistem energi global mengingat ketidakpastian serta volatilitas geopolitik," ujar CEO Shell, Wael Sawan, dikutip dari CNBC Internasional pada Selasa, 24 Juni 2025. 

CEO Total Energies Patrick Pouyanné menaruh perhatian terhadap keamanan karyawan yang berada di sekitar area konflik, seperti Irak, Abu Dhabi, Qatar dan Arab Saudi. Ia berharap gencatan senjata tidak akan memengaruhi instalasi minyak.

"Ini bisa menjadi masalah serius. Tidak hanya dalam hal keselamatan, bahaya, dan risiko tetapi juga dalam hal pasar global," tutur Pouyanné.

SPBU Total di Jakarta

Photo :
  • VIVAnews/Ferial Thalib

CEO EnQuest, Amjad Bseisu, ikut memberikan pandangan atas situasi geopolitik yang meningkatkan ketegangan. Ia menyebut tahun 2025 sebagai tahun volatilitas karena setiap harinya melihat fluktuasi di pasar modal hingga komoditas. 

"Semakin cepat kita dapat mengakhiri konflik yang mengerikan ini, semakin baik bagi pasar secara keseluruhan, tetapi saya rasa pasar memiliki persediaan yang cukup dalam jangka pendek hingga menengah," katanya. 

Pada Selasa, 24 Juni 2024, harga minyak mentah Brent meningkat 3 persen atau level US$75,41 per barel pada pukul 4.16 waktu London. Sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WIT) mencatat lonjakan sebesar 2,7 persen atau US$73,74 per barel. 

Kenaikan harga minyak melanjutkan tren naik yang terlihat selama beberapa hari terakhir. Konflik geopolitik yang paling berdampak terhadap harga minyak terjadi saat Rusia melancarkan invasi skala penuh ke Ukraina pada tahun 2022. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya