Bitcoin Cetak Rekor Tertinggi Tembus Rp1,9 Miliar, Sinyal Kuat Peralihan Aset Institusi ke Kripto?

Bitcoin dan aset kripto.
Sumber :
  • Pioneering Minds

Jakarta, VIVA — Harga Bitcoin kembali mencatatkan tonggak sejarah baru dengan menembus rekor tertinggi sepanjang masa (All Time High/ATH) di atas US$118.000 atau Rp1,9 miliar (estimasi kurs Rp16.229 per dolar AS) pada Jumat, 11Juli 2025. Kenaikan ini menjadi indikator kuat bahwa sentimen pasar terhadap aset kripto terbesar dunia tersebut terus menguat didorong oleh meningkatnya dukungan dari institusi keuangan global.

Bitcoin Cetak Rekor Baru Tembus Rp1,8 Miliar, Harga Terus Naik Didorong Hal Ini

Lonjakan harga Bitcoin terjadi di tengah meningkatnya kepemilikan institusional, salah satunya oleh BlackRock melalui iShares Bitcoin Trust (IBIT), yang memegang kepemilikan lebih dari 700.000 BTC. Jumlah ini setara dengan 3,3 persen dari total suplai Bitcoin yang beredar. 

Kini, nilai kapitalisasi pasar aset emas digital mencapai lebih dari US$2,34 triliun. Artinya, Bitcoin menyumbang sekitar 65 persen dari total kapitalisasi pasar kripto global yang telah menembus US$3,4 triliun.

IHSG Ditutup Hiijau di Level 6.943, Lima Saham Ini Melejit

Vice President Indodax, Antony Kusuma, menilai pencapaian ini mencerminkan perubahan struktural dalam lanskap pasar aset digital. Bukan sekadar euforia sesaat.

Bursa Asia Bergejolak saat Dua Indeks Acuan Wall Street Cetak Rekor Tertinggi

“Sekarang kita melihat Bitcoin tidak hanya sebagai alat pelindung nilai, tapi juga mulai dipakai oleh perusahaan besar sebagai bagian dari strategi mengelola cadangan uang mereka," ujar Antony, dikutip dari keterangan tertulisnya, Senin, 14 Juli 2025.

Antony menjelaskan, lonjakan harga Bitcoin kali ini merupakan hasil akumulasi dari berbagai faktor struktural. Mulai dari regulasi yang lebih terbuka, kebijakan fiskal global yang mendorong aset lindung nilai, serta narasi strategis dari tokoh-tokoh industri dan pemerintahan.

BlackRock bahkan mencatatkan pendapatan tahunan dari biaya pengelolaan IBIT sudah melebihi pendapatan dari ETF unggulan mereka sendiri, S&P 500 ETF (IVV). Kondisi ini dinilai menunjukan secara jelas adanya pergeseran tren investasi menuju aset digital.

Perusahaan teknologi asal Inggris, The Smarter Web Company, ikut meningkatkan kepemilikan Bitcoin hingga 1.000 keping. CEO perusahaan menyatakan komitmennya untuk menginspirasi perusahaan lain dalam mengelola treasury berbasis aset digital.

Di tingkat negara, El Salvador terus melanjutkan strategi akumulasi Bitcoin yang telah dimulai sejak beberapa tahun lalu. Saat ini, negara tersebut memiliki lebih dari 6.232 keping Bitcoin dengan nilai keuntungan belum terealisasi yang disebut melampaui US$400 juta.

“Negara, korporasi, dan individu berada di jalur yang sama, yakni mencari alternatif yang tahan terhadap inflasi, geopolitik, dan disrupsi pasar tradisional,” imbuh Antony.

Menurut Antony, adopsi Bitcoin telah meluas secara geopolitik. Ia juga mencatat, pergerakan harga Bitcoin terus menunjukkan pola teknikal yang kuat meski sempat terkoreksi ke level US$98.200 sebelum akhirnya kembali menguat dan mencetak rekor baru.

Namun demikian, Antony mengingatkan bahwa volatilitas tetap menjadi bagian dari dinamika pasar kripto di mana kenaikan cepat selalu disertai dengan risiko koreks sehingga pentingnya edukasi dan manajemen risiko bagi para investor. Walaupun, saat ini fondasi pasar jauh lebih kuat dibanding siklus sebelumnya.

"Indodax terus mendorong pengguna untuk memahami fundamental, menggunakan strategi jangka panjang seperti DCA (Dollar Cost Averaging), dan tidak mudah terjebak euforia,” tutup Antony.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya