Menanti Spin Off BTN Syariah, Pengamat: Bisa Dominasi Perbankan Syariah Nasional

Gedung BTN Syariah
Sumber :
  • Dok. BTN Syariah

Jakarta, VIVA – Masih belum terealisasinya proses spin-off beberapa unit usaha syariah di perbankan nasional menghambat perkembangan industri keuangan syariah saat ini. Proses perizinan dinilai menjadi salah satu penyebab utama, padahal langkah spin-off diwajibkan oleh para regulator.

Luncurkan Bale Korpora, BTN Targetkan DPK Naik 11 Persen Tahun Ini

Salah satu proses spin-off yang belum terealisasi saat ini yakni Unit Usaha Syariah (UUS) BTN atau BTN Syariah. Padahal, Direktur Utama PT Bank Victoria Syariah (BVIS), proses untuk terbentuknya BUS tersebut harus dimulai dengan  RUPSLB yang akan diselenggarakan pada Agustus tahun ini.

RUPSLB inilah nanti yang akan memutuskan langkah selanjutnya menuju spin off yang harus pula diputuskan dalam RUPSLB BTN dan juga BVIS. Setelah itu, operasional BUS tersebut dapat berjalan yang diharapkan paling cepat pada November 2025.

Indonesia Jadi Sasaran Empuk Provider Judol, PPATK Tegaskan Perlu Diperangi Bersama

Direktur Center Banking Crisis Deni Daruri mengkhawatirkan kehadiran BUS hasil pernikahan UUS BTN dengan BVIS kehilangan momen jika tidak cepat direalisasikan. Karena, terlalu banyak prosedural yang harus dilalui dalam pemenuhan izin dari regulator.

BTN Syariah.

Photo :
  • Dokumentasi BTN.
Bank Victoria Syariah Bakal Gelar RUPSLB Bulan Ini Sebelum Spin-Off UUS BTN

Deni mengakui bahwa proses tersebut harus dilakukan dengan tata kelola (governance) yang baik. Namun, dia berharap agar proses menuju kesana tidak berbelit-belit, contohnya pemenuhan salah satu aspek yang pada akhirnya menyita waktu panjang.

“Presiden melalui Menteri Sekretaris Negara atas surat dari Menteri BUMN untuk restrukturisasi UUS BTN dengan model spin-off yang akan dilakukan BTN sudah ada kok. Ini kan keputusan tertinggi dan dibawahnya tinggal mengikuti, tidak harus berbelit-belit. Persetujuan tersebut sudah ada sejak Mei 2025 dan sekarang sudah Agustus 2025, artinya sudah 3 bulan prosesnya belum kelihatan hasil”, kata Deni di Jakarta, dikutip Kamis, 7 Agustus 2025.

Sementara itu, Direktur Infrastruktur Ekosistem Syariah Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) Sutan Emir Hidayat mengatakan, kehadiran BUS tersebut diyakini bakal semakin mewarnai perkembangan industri perbankan syariah nasional. BUS baru ini dinilai memiliki pengalaman dan pengetahuan yang mumpuni dalam pembiayaan perumahan berprinsip syariah serta layanan perbankan lainnya yang dibutuhkan masyarakat.

Diketahui, BTN Syariah yang telah menguasai 28 persen pangsa pasar pembiayaan perumahan berbasis syariah secara nasional per Oktober 2024. Di pasar pembiayaan perumahan subsidi syariah, BTN Syariah telah menguasai 90 persen. 

“BTN Syariah akan bermetamorfosis menjadi bank syariah baru yang kekuatannya tidak akan kalah dari pemain besar yang mendominasi perbankan syariah nasional seperti Bank Syariah Indonesia (BSI). Hal ini tidak lepas dari dukungan konsisten yang diberikan induknya selama ini, yaitu BTN, sehingga kehadiran BTN Syariah dengan potensi pertumbuhannya yang pesat telah ditunggu-tunggu oleh pasar,” tutur Emir.

BTN Syariah.

Photo :
  • Dokumentasi BTN Syariah.

Dukungan kuat induk usaha tercermin dari pertumbuhan bisnis BTN Syariah yang tetap positif dalam situasi dinamika perekonomian domestik dan global. Selama 20 tahun terakhir, BTN Syariah bertumbuh double-digit berdasarkan pertumbuhan rerata per tahunnya (compound annual growth rate/CAGR).

Sebagai contoh, pada tahun 2009, total aset BTN Syariah baru mencapai Rp2,25 triliun, namun per akhir 2024 nilainya telah menyentuh Rp61 triliun atau rata-rata bertumbuh 22,83 persen setiap tahunnya.

Pertumbuhan ini dijaga konsisten oleh BTN Syariah, bahkan dengan level yang lebih tinggi dari induknya sendiri. Terlihat dari pencapaian kinerja per kuartal I-2025, yang menunjukkan pembiayaan yang naik 18,2 persen year-on-year (yoy) menjadi Rp46,3 triliun, dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp39,1 triliun.

Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap BTN Syariah juga terus terjaga, tercermin dari pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang mencapai 19,9 persenyoy menjadi Rp51,4 triliun pada akhir Maret 2025, dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp42,9 triliun.

“Kehadiran BTN Syariah sebagai pemain baru dengan status BUS telah memiliki expertise di bidangnya dengan berbagai layanan perbankan syariah unggulan yang dimilikinya menjadi hal yang urgent saat ini, karena kuenya sangat besar, masih banyak area dan segmen masyarakat yang belum banyak terjamah oleh layanan syariah selama ini, dan itu tidak mungkin jika hanya dilayani oleh satu pemain saja,” jelas Emir.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya