Ancaman AI terhadap Pekerja Kantoran Makin Nyata, Staf Newbie hingga Senior Bisa Kena Dampak!
Jakarta, VIVA – Di era digital, kecerdasan buatan (AI) semakin menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, termasuk di tempat kerja. Dulu, kekhawatiran otomatisasi lebih banyak diarahkan pada pekerjaan manual dan berulang, seperti manufaktur atau kasir.
Namun kini, tren itu bergeser. Pekerjaan kantoran yang membutuhkan keterampilan berpikir dan analisis, atau yang disebut pekerjaan kognitif non-rutin, juga mulai terancam.
Fenomena ini menimbulkan istilah “jobless recovery” atau pemulihan ekonomi tanpa pemulihan lapangan kerja. Artinya, meskipun ekonomi membaik setelah perlambatan atau resesi, jumlah pekerjaan tidak kembali seperti semula karena sebagian besar sudah digantikan oleh teknologi.
Mengapa Pekerjaan Kantoran Ikut Terancam?
Kesehatan Pekerja Kantoran
- vstory
Menurut Murat Tasci, Senior Ekonom AS di JPMorgan, AI berpotensi menggantikan sebagian besar pekerja kantoran berkemampuan kognitif non-rutin. “Risiko pengangguran yang jauh lebih besar dan prospek pemulihan yang lesu bagi pekerja ini dapat membuat penurunan pasar tenaga kerja berikutnya terlihat sangat suram,” tulis Tasci, seperti dikutip dari Business Insider, Rabu, 13 Agustus 2025.
Tasci menekankan bahwa pekerja kantoran menyumbang sekitar 45% dari seluruh lapangan kerja rumah tangga di AS. Ketika kelompok sebesar ini terguncang, dampaknya akan terasa luas, tidak hanya bagi individu, tetapi juga bagi perekonomian secara keseluruhan.
Data yang Mengkhawatirkan
Analisis JPMorgan menunjukkan bahwa tingkat pengangguran pekerja kognitif non-rutin kini telah melampaui pekerja rutin. Pekerjaan rutin, baik kognitif seperti penjualan, maupun manual seperti operator mesin, sebenarnya sudah lama mengalami pengurangan akibat otomatisasi.
Selama empat dekade terakhir, persentase pekerja di AS yang memiliki pekerjaan rutin turun dari sekitar 55% menjadi hanya 40%.
“Yang lebih penting, hilangnya pekerjaan rutin memiliki perilaku siklus yang jelas. Sepanjang resesi selama empat dekade terakhir, waktu yang dibutuhkan untuk pulih dari kehilangan pekerjaan di sektor rutin semakin lama.”
Kini, tren yang sama berpotensi terjadi pada pekerjaan kantoran yang sebelumnya dianggap aman dari otomatisasi.
Tanda-Tanda Awal Mulai Muncul
Meski tingkat pengangguran AS pada Juli 2025 masih relatif rendah di kisaran 4,2%, JPMorgan mencatat gejala pelemahan pasar kerja. Pertumbuhan lapangan kerja pada Juli jauh di bawah perkiraan, sementara data untuk Mei dan Juni direvisi turun dengan total pengurangan 258.000 lapangan kerja.
Di level individu, tanda-tandanya terlihat pada meningkatnya pengangguran di kalangan lulusan baru. Banyak posisi entry-level yang kini lebih efisien diambil alih oleh AI, dari pekerjaan administrasi hingga analisis data sederhana.
Bagaimana Pekerja Bisa Beradaptasi?
Ancaman AI terhadap pekerjaan kantoran memang nyata, tetapi bukan berarti tidak ada jalan keluar. Ada beberapa strategi yang bisa dilakukan pekerja untuk tetap relevan:
1. Upskilling dan reskilling
Pelajari keterampilan baru yang sulit diotomatisasi, seperti negosiasi, kepemimpinan, dan pemecahan masalah kompleks.
2. Manfaatkan AI sebagai alat
Pahami cara kerja AI di bidang Anda, lalu gunakan untuk meningkatkan produktivitas, bukan sekadar melihatnya sebagai pesaing.
3. Diversifikasi keterampilan
Jangan hanya bergantung pada satu bidang keahlian; kuasai keterampilan lintas disiplin seperti teknologi, analitik, dan komunikasi.
4. Bangun jaringan profesional
Relasi kerja bisa membantu menemukan peluang baru sebelum diumumkan secara publik.
5. Siapkan rencana keuangan darurat
Mengantisipasi kemungkinan kehilangan pekerjaan dapat memberi ruang untuk beradaptasi.
Transformasi teknologi memang tak terhindarkan, tetapi sejarah membuktikan bahwa mereka yang mau beradaptasi akan bertahan. Bagi pekerja kantoran, kuncinya adalah memahami bahwa kemampuan berpikir kritis, kreativitas, dan empati masih sulit ditandingi AI, setidaknya untuk saat ini.