Mengenal Job Hugging, Tren Karier Baru yang Bikin Gen Z Ogah Pindah Kerja
Jakarta, VIVA – Selama beberapa tahun terakhir, istilah “job hopping” atau sering berpindah pekerjaan menjadi populer, terutama di kalangan generasi muda yang ingin cepat naik tangga karier. Namun, tren ini kini mulai bergeser.
Banyak pekerja, terutama generasi Z, memilih untuk bertahan di perusahaan yang sama, bahkan dalam jangka waktu yang lebih lama dari sebelumnya.
Fenomena ini menandai perubahan mendasar dalam perilaku karier. Ketidakpastian ekonomi, tekanan inflasi, serta kemajuan teknologi, khususnya AI, memengaruhi cara pekerja memandang stabilitas pekerjaan mereka.
Alih-alih mengejar peluang baru, banyak yang kini fokus menjaga posisi mereka saat ini untuk meminimalkan risiko. Tren ini dikenal sebagai “job hugging” atau kecenderungan untuk menempel erat pada pekerjaan yang dimiliki, seolah menjadi prioritas utama dalam hidup profesional.
Apa Itu Job Hugging?
Menurut laporan Korn Ferry, konsultan organisasi global, “job hugging” adalah perilaku di mana karyawan menahan diri untuk tidak pindah pekerjaan meski ada tawaran baru. Laporan tersebut menunjukkan bahwa tren ini meningkat signifikan di kalangan pekerja, terutama Gen Z, yang melaporkan niat kuat untuk tetap berada di posisi mereka setidaknya enam bulan ke depan.
Data ini didukung oleh laporan Eagle Hill Consulting yang menunjukkan bahwa indikator persepsi pasar kerja, yaitu pandangan karyawan terhadap peluang pekerjaan di luar, mencapai titik terendah sejak awal pengukuran.
Faktor utama yang mendorong job hugging antara lain ketidakpastian pasar kerja, pengaruh AI, dan eliminasi pekerjaan massal. Menurut Challenger, Gray & Christmas, hingga akhir Juli 2025, lebih dari 800.000 pekerjaan di AS dihapus, jumlah tertinggi sejak pandemi global 2020.
Sementara itu, pertumbuhan pekerjaan baru melambat drastis, di mana hanya 73.000 pekerjaan tercipta pada Juli 2025, turun dari rata-rata bulanan sebelumnya sebanyak 111.000. Kondisi ini membuat banyak karyawan enggan mengambil risiko pindah pekerjaan.
Alasan Gen Z dan Karyawan Lain Memilih Job Hugging
1. Ketidakpastian Ekonomi
Fluktuasi pasar, inflasi tinggi, dan kebijakan perdagangan yang tidak menentu membuat pekerja lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan karier.
2. Pengaruh AI terhadap Pekerjaan
Banyak posisi kini terancam otomatisasi, sehingga karyawan enggan meninggalkan posisi yang relatif aman.
3. Stabilitas Lebih Penting daripada Gaji
Studi Korn Ferry menunjukkan top performer hanya pindah jika mereka sangat tidak puas atau ada tawaran kompensasi yang signifikan.
4. Pasar Kerja Kurang Menjanjikan
Dengan kesempatan kerja yang terbatas, menahan diri di posisi saat ini menjadi strategi aman.
5. Investasi dalam Hubungan Kerja
Job hugging memungkinkan karyawan membangun reputasi, keterampilan, dan jaringan dalam jangka panjang di perusahaan yang sama.
Dampak bagi Perusahaan dan Rekruter
Bagi perekrut dan manajemen perusahaan, job hugging membawa tantangan sekaligus peluang. Di satu sisi, perekrutan menjadi lebih sulit karena karyawan tidak lagi mudah berpindah.
Namun, di sisi lain, tren ini mendorong organisasi untuk lebih fokus pada retensi, pengembangan bakat, dan membangun loyalitas karyawan. Investasi dalam pelatihan, pengakuan, dan kesejahteraan karyawan bisa menjadi strategi untuk mempertahankan talenta terbaik.
Kesimpulannya, job hugging mencerminkan perubahan prioritas generasi muda dan pekerja secara umum. Alih-alih mengejar pekerjaan baru untuk keuntungan finansial atau status, banyak yang kini lebih menghargai stabilitas, keamanan, dan peluang pengembangan jangka panjang di tempat kerja saat ini.