AQUVIVA, Warisan Terakhir Harjo Sutanto Pendiri Wings Group yang Tutup Usia
- YouTube AQUVIVA
Jakarta, VIVA – AQUVIVA, warisan terakhir Harjo Sutanto pendiri Wings Group yang tutup usia. Merek air minum dalam kemasan (AMDK) ini mulai menarik perhatian konsumen di Indonesia.
Meski tergolong baru karena diluncurkan pada 25 Februari 2025, namun produk ini langsung menonjol berkat jaringan distribusi yang luas dan teknologi pemurnian air canggih yang ditawarkan.
Tak hanya mengandalkan kualitas, AQUVIVA juga membawa makna mendalam di balik namanya. Berasal dari gabungan dua kata, AQUA (air) dan VIVA (hidup), yang secara harfiah berarti "air kehidupan".
Makna tersebut mencerminkan filosofi AQUVIVA sebagai air minum murni yang dirancang untuk menunjang gaya hidup sehat. Wings Group menghadirkan produk ini dalam tiga pilihan kemasan, yakni 250 ml, 700 ml, dan 1.600 ml.
Meskipun termasuk produk baru, berusia 7 bulan pada 25 September mendatang, tapi AQUVIVA mudah ditemukan di berbagai saluran distribusi, mulai dari toko modern hingga warung kecil.
Distribusinya tidak hanya terbatas di kota-kota besar, tetapi juga telah menjangkau wilayah-wilayah kecil di berbagai daerah di Indonesia.
Hal ini menjadi bukti bahwa produk anyar Wings Group itu serius dalam memperluas jangkauan pasarnya, terutama Gen Z, dan persaingan ketat antara Danone Aqua dengan Le Minerale dari Mayora Indah.
Salah satu keunggulan AQUVIVA adalah teknologi 7 tahap nano purifikasi yang diklaim sebagai yang pertama di Indonesia. Teknologi ini dirancang untuk menjaga kemurnian air tanpa menghilangkan mineral baik di dalamnya.
Dengan proses pemurnian tersebut, AQUVIVA menawarkan air mineral dengan pH seimbang di angka 7–8, yang diyakini dapat membantu menjaga keseimbangan alami tubuh.
Tak hanya itu, setiap kemasan AQUVIVA mengandung 100 ml lebih banyak dibanding air mineral sejenis di pasaran.
Sebagai informasi, Wings Group dikenal sebagai salah satu perusahaan lokal yang sukses bersaing dalam industri FMCG (fast moving consumer goods) yang begitu sengit.
Ini dikarenakan Wings Group turut menciptakan produk-produk kebutuhan rumah tangga dengan biaya yang terjangkau, sehingga bisa menjadi pilihan bagi masyarakat Indonesia kelas menengah.
Karena namanya yang begitu besar di industri FMCG, tentu banyak orang mulai penasaran dengan latar belakang Wings Group, tidak terkecuali dengan dua sosok pendirinya, Harjo Sutanto dan Johannes Ferdinand Katuari.
Asal tahu saja, Wings Group meraih kesuksesan yang di pasar Indonesia dengan berhasil menyaingi beberapa perusahaan FMCG besar, seperti Unilever hingga Indofood.
Wings Group menerapkan strategi “me too” dengan membuat produk-produk sejenis dari raksasa Unilever, namun dengan keunggulan berupa harga yang lebih murah.
Contohnya, Unilever yang gencar mempromosikan deterjen Rinso, pasta gigi Pepsodent, serta sabun mandi Lifebuoy, disaingi oleh produk-produk Wings Group dengan harga terjangkau, seperti deterjen So Klin, pasta gigi Ciptadent, dan sabun mandi Giv serta Nuvo.
Tak hanya itu, pada 2003, Wings Group juga menciptakan produk baru untuk industri makanan dan minuman, yakni mi instan merek Mie Sedaap, untuk menyaingi Indomie dari Indofood.
Pada 2004, anak dari Johannes Ferdinand Katuari, yakni Eddy William Katuari, mengambil alih dan memimpin Wings Group setelah bapaknya meninggal dunia.
Setelah dipimpin oleh Eddy William Katuari, Wings Group melalui anak usahanya, yaitu PT Fajar Mitra Indah, sukses memegang lisensi ritel asal Jepang FamilyMart di Indonesia.
Ritel ini menjadi pesaing bagi Lawson dari Alfa Express dan Seven Eleven, yang sudah tidak beroperasi lagi.
Sedikit beropini, dengan menerapkan strategi “me too”, maka kemunculan AQUVIVA bisa jadi mengisi ceruk pasar di antara dua merek AMDK yang saat ini masih 'perang', yaitu Danone Aqua dan Le Minerale dari Mayora Indah.
Berdasarkan pengumuman yang dikutip pada Jumat, 12 September 2025, Harjo Sutanto yang meninggal dunia di usia 102 tahun akan disemayamkan di Rumah Duka Adi Jasa, Surabaya, Jawa Timur. Sementara, pemakaman akan dilakukan pada 18 September mendatang.