SpikingBrain-1.0 China, Kerjanya Mirip Otak Manusia Bisa Analisis Dokumen Super Rumit dalam Sekejap

Ilustrasi otak.
Sumber :
  • Times of India

Jakarta, VIVA – China dalam menciptakan karya tidak main-main. Kali ini, ilmuwan negeri Tirai Bambu mengembangkan model AI (kecerdasan buatan) yang terinspirasi dari cara kerja otak manusia bernama SpikingBrain-1.0.

Heboh Involusi Terjadi di China

Dikembangkan oleh tim peneliti dari Institute of Automation, Chinese Academy of Sciences (CAS), China, dengan mengadopsi mekanisme kerja seperti otak manusia, informasi yang diproses AI SpikingBrain-1.0 hanya menghabiskan daya komputasi yang sangat minim.

Artinya, seperti dikutip dari situs China Daily, Senin, 15 September 2025, saat model AI ini dijalankan maka konsumsi energi untuk memproses data jauh lebih rendah dari yang biasanya dipakai oleh model AI arus utama (mainstream), seperti ChatGPT misalnya.

China dan Amerika Mulai Berunding Bahas Masalah Ekonomi-Perdagangan

Dengan input yang lebih sedikit, SpikingBrain-1.0 diklaim bisa menghasilkan performa yang sebanding dengan model berarsitektur Transformer yang kini banyak menjadi andalan AI generatif.

Tim peneliti menjelaskan, SpikingBrain-1.0 dirancang dengan memanfaatkan spiking neural network (SNN). Ini merupakan sistem jaringan saraf buatan yang bekerja dengan pola sinyal mirip neuron otak manusia.

7 Negara Penguasa AI Dunia, Nomor Terakhir Luar Biasa

Dengan sistem ini, informasi yang diproses SpikingBrain-1.0 menjadi jauh lebih efisien dibanding model AI kebanyakan.

Bahkan, dalam salah satu pengujian, model ini hanya menggunakan sekitar dua persen dari jumlah data yang biasanya dibutuhkan oleh AI populer.

Dengan kemampuan ini, SpikingBrain-1.0 juga akhirnya diklaim sebagai model AI yang memiliki performa setara dengan AI modern lain.

Efisiensi daya SpikingBrain-1.0 semakin terlihat ketika diuji ulang dan diminta untuk memproses rangkaian data yang sangat panjang.

Dalam pengujiannya, SpikingBrain-1.0 tercatat mampu mempercepat proses informasi hingga 26,5 kali lebih cepat dibanding model AI berarsitektur Transformer.

Kecepatan ini terlihat khususnya ketika model menghasilkan token pertama dari konteks yang panjangnya mencapai satu juta token.

Berkat kemampuan SpikingBrain-1.0, model AI ini dinilai ideal digunakan di bidang-bidang yang memerlukan pemrosesan teks panjang.

Contohnya, untuk menganalisis dokumen topik-topik berat, seperti hukum, data medis, penelitian fisika energi tinggi, atau pengurutan DNA. Yang menarik, SpikingBrain-1.0 dilatih dan dijalankan sepenuhnya menggunakan GPU lokal buatan China yang bernama MetaX C550.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya