Rupiah Melemah Usai OECD Revisi Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI 2025-2026

Tumpukan uang rupiah dengan berbagai nominal
Sumber :
  • istockphoto.com

Jakarta, VIVA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi masih akan bergerak fluktuatif, namun ditutup melemah pada perdagangan hari ini.

Rupiah Melemah Meski Pemerintah Guyur Beragam Stimulus Tambahan di Kuartal IV-2025

Berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate atau Jisdor BI, kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat berada di level Rp 16.680 per Rabu, 24 September 2025. Posisi rupiah itu tercatat melemah 44 poin, dari kurs sebelumnya di level Rp 16.636 pada perdagangan Selasa, 23 September 2025.

Sementara perdagangan di pasar spot pada Kamis, 25 September 2025 hingga pukul 09.03 WIB, rupiah ditransaksikan di level Rp 16.726 per dolar AS. Posisi tersebut melemah 42 poin atau 0,25 persen dari posisi sebelumnya di level Rp 16.684per dollar AS.

Rupiah Menguat Meski Aktivitas Manufaktur RI Melambat di September 2025

Ilustrasi Uang Rupiah

Photo :
  • pixabay.com/WonderfulBali

Pengamat Pasar Uang, Ibrahim mengatakan, Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi atau OECD, merevisi ke atas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia. OECD memperkirakan ekonomi mampu mencapai level 4,9 persen pada 2025 dan 2026. 

Pacu Pertumbuhan Kawasan Asia, Jakarta Bakal Jadi Tuan Rumah AsiaXchange 2025

"Proyeksi itu lebih tinggi 0,2 poin persentase dibanding laporan Juni 2025, dan untuk 2026 lebih tinggi 0,1 poin persentase," ujar Ibrahim.

OECD melihat, pelonggaran kebijakan moneter dan investasi publik yang kuat, diharapkan dapat mendukung perekonomian Indonesia dengan pertumbuhan tahunan sebesar 4,9 persen untuk tahun 2025 dan 2026 mendatang.

Kemudian, pelonggaran kebijakan moneter dinilai telah memberi ruang lebih pada aktivitas ekonomi. Sementara itu, investasi publik yang kuat menopang pembangunan infrastruktur, serta konsumsi domestik yang tangguh dan tetap menjadi motor penggerak utama.

Rebound investasi diperkirakan ikut mendorong momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah perlambatan global. Namun, OECD mengingatkan masih ada sejumlah risiko yang perlu diwaspadai, seperti misalnya perdagangan global yang dapat mengurangi kinerja ekspor Indonesia.

OECD juga memperkirakan tekanan inflasi Indonesia juga akan naik. Inflasi di Indonesia diproyeksikan naik tipis dari 1,9 persen pada 2025 menjadi 2,7 persen pada 2026. Penyebabnya ialah depresiasi kurs rupiah yang terus terjadi.

"Mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 16.680 - Rp 16.730," ujarnya.

Tumpukan uang rupiah dengan berbagai nominal

Rupiah Melemah Usai BI Umumkan Inflasi September 2025

Di pasar spot hingga pukul 09.08 WIB rupiah ditransaksikan di Rp 16.578 per dolar AS, melemah 15 poin atau 0,09 persen dari sebelumnya Rp 16.563 per dollar AS.

img_title
VIVA.co.id
6 Oktober 2025