Hai Google, Foto Bule Bugil Protes Hukum Syariah Kok Bisa Lolos Sih

Foto bule bugil di Banda Aceh
Sumber :
  • Tangkapan layar Facebook Muhammad Rizal

VIVA – Warga Aceh merespons atas munculnya foto pria bule bugil memprotes hukum syariah Aceh yang muncul di Google Maps. Masyarakat Informasi Teknologi (MIT) Aceh heran dengan sistem Google, kok bisa meloloskan foto yang tak pantas tersebut. 

10 Tanaman yang Akan Menyelamatkan Umat Manusia saat Kiamat Tiba

Direktur Eksekutif MIT Aceh, Teuku Farhan sanksi dengan tim verifikasi Google. Kenapa tak bisa mendeteksi kesalahan pada aplikasi Google Maps tersebut. 

Google membuka partisipasi pengguna untuk mengirimkan masukan atas konten yang tersedia di aplikasi peta daring tersebut. Namun, Teuku Farhan nggak habis pikir, konten berbau Suku, Agama, Ras dan Antargolongan (SARA) malah lolos dan nongol di Google Maps. 

Google Digugat Meksiko Gegara Ganti Nama Teluk Meksiko jadi Teluk Amerika di Google Maps

"Sangat disayangkan kenapa bisa lolos ke publik. Apakah tidak ada tim verifikasi dari Google," ujarnya dikonfirmasi VIVAnews, Senin 4 November 2019. 

Seharusnya Google sebagai perusahaan profesional dan berkelas dunia sudah seyogyanya memiliki tim verifikasi yang benar-benar mumpuni. 

Puasa Bukan Hanya Menahan Lapar! Temuan Ilmiah Menunjukkan Bisa Membuat Otak Lebih Tajam dan Kuat

Teuku Farhan mengatakan Google tak bisa menyerahkan ke pengguna sepenuhnya untuk verifikasi konten pada platformnya. Kalau saat ini Google mengandalkan mesin untuk verifikasi, Teuku Farhan berpandangan perlu juga Google melibatkan verifikasi dari manusia. 

Sebab menurutnya bakalan beda, verifikasi mesin dengan tenaga manusia. Sebab manusia punya rasa kebijaksanaan. "Google jangan hanya mengandalkan mesin," tuturnya. 

Belajar dari kasus foto pria bule bugil itu, dia mengingatkan Google jangan sampai menjadi sarang penyebaran hoaks dan rasisme.

Irwasum Polri Komjen Pol Dedi Prasetyo

Komjen Dedi: Hari Kebangkitan Nasional Momen Manusia Tetap Jadi Pusat Kemajuan, Bukan Korban Kecanggihan

Irwasum Polri Komjen Dedi Prasetyo mengatakan, saat ini kita menghadapi penjajahan baru yang tak berbentuk senapan, tapi berupa algoritma.

img_title
VIVA.co.id
20 Mei 2025