Selingkuh dalam Hubungan, Penyakit Psikologis atau Pilihan Sadar?

Ilustrasi pasangan atau selingkuh.
Sumber :
  • Freepik/yanalya

Jakarta – Selingkuh adalah salah satu perilaku yang seringkali menuai kontroversi dalam hubungan manusia. Banyak yang menganggapnya sebagai tindakan tercela dan kejam, sementara yang lain berpendapat bahwa selingkuh dapat dianggap sebagai penyakit atau gangguan psikologis.

Pertama-tama, penting untuk memahami apa yang dimaksud dengan selingkuh. Selingkuh dalam konteks hubungan merujuk pada tindakan seseorang yang menjalin hubungan intim atau emosional dengan orang lain selain pasangan mereka yang sah. 

Tindakan ini seringkali disertai dengan rasa bersalah dan penipuan terhadap pasangan yang sah. Dalam banyak kasus, selingkuh dapat merusak hubungan yang sudah ada dan menyebabkan banyak penderitaan emosional.

Ilustrasi selingkuh

Photo :
  • freepik

Tidak ada keraguan bahwa selingkuh adalah perilaku yang merusak hubungan dan dapat memiliki dampak psikologis yang serius. Beberapa orang yang terlibat dalam selingkuh mengalami perasaan cemas, depresi, dan perasaan bersalah yang mendalam. 

Mereka mungkin juga mengalami konflik internal yang signifikan, karena mereka harus menjaga rahasia dan berbohong terhadap pasangan mereka. Namun, pertanyaannya adalah apakah selingkuh dapat dianggap sebagai penyakit. 

Beberapa ahli psikologi berpendapat bahwa selingkuh adalah hasil dari masalah psikologis yang lebih dalam, seperti kecanduan seks atau masalah dalam hubungan. Mereka berpendapat bahwa individu yang cenderung selingkuh mungkin memiliki gangguan psikologis yang memengaruhi kemampuan mereka untuk mempertahankan hubungan yang sehat dan setia.

Geger Grup WA Buat Cari Pasangan Gay di Jatim Dibongkar Polisi, 4 Pria Admin Dicokok

Ilustrasi selingkuh.

Photo :
  • Twitter/@RafazYunus

Di sisi lain, ada juga pandangan bahwa selingkuh adalah pilihan sadar yang dibuat oleh individu, bukan penyakit. Orang yang selingkuh dianggap bertanggung jawab atas tindakan mereka dan harus menerima konsekuensi dari perilaku tersebut. Pandangan ini menekankan pentingnya tanggung jawab pribadi dalam menjaga kesetiaan dalam hubungan.

Setyo Budiyanto Ungkap KPK Kebut Penuntasan Kasus Warisan dari Pimpinan Sebelumnya

Selain itu, tidak semua orang yang terlibat dalam selingkuh mengalami masalah psikologis yang serius. Ada banyak kasus di mana seseorang mungkin selingkuh karena faktor-faktor seperti godaan atau ketidakpuasan dalam hubungan, bukan karena gangguan psikologis yang mendalam. 

Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua kasus selingkuh dapat diatribusikan kepada penyakit. Namun demikian, penting untuk diingat bahwa setiap individu adalah unik, dan faktor-faktor yang mendorong selingkuh dapat bervariasi. 

Ayu Ting Ting Tak Lagi Sendiri? Ini Bocoran dari Umi Kalsum dan Ayah Rozak

Beberapa orang mungkin mengalami masalah psikologis yang memengaruhi perilaku mereka, sementara yang lain mungkin memilih selingkuh sebagai respons terhadap situasi tertentu dalam hubungan mereka. 

Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri bahwa selingkuh dapat menjadi hasil dari berbagai faktor, termasuk gangguan psikologis. Penting untuk menekankan bahwa jika seseorang merasa bahwa mereka atau pasangan mereka mengalami masalah terkait selingkuh, mereka harus mencari bantuan profesional. 

Ilustrasi kursi majelis hakim

Dihukum 3,5 Tahun Penjara, MA Anulir Vonis Bebas WN China di Kasus Tambang Emas 774 Kilogram

Mahkamah Agung (MA) mengabulkan kasasi yang diajukan oleh jaksa penuntut umum (JPU) terhadap warga negara China bernama Yu Hao dalam kasus tambang emas di Kalbar.

img_title
VIVA.co.id
1 Juli 2025