Joe Biden Positif COVID 2 Kali Sebulan, Apa Penyebab Kambuhnya?
- AP Photo/Patrick Semansky
VIVA Lifetsyle – Setelah pertama kali dites positif COVID-19 pada Kamis, 21 Juli, Joe Biden, memulai perawatan Paxlovid dan mulai dites negatif lagi pada Selasa malam lalu. Gedung Putih kemudian mengungkapkan bahwa Presiden Amerika Serikat berusia 79 tahun itu dites positif lagi pada hari Sabtu sehingga dikenal dengan kondisi COVID-19 rebound atau kambuh.
Dalam sebuah pernyataan pada hari Minggu, dokter presiden, Dr. Kevin C. O'Connor, mencatat Biden terus merasa sehat saat masih dinyatakan positif. Orang nomor satu di Amerika Serikat itu akan terus menjalankan bisnis sambil tetap berada di bawah isolasi ketat sembari diberikan perawatan dengan obat Paxlovid.
Administrasi Biden sebelumnya telah merekomendasikan penggunaan Paxlovid, di mana lebih dari 3 juta tablet telah terdaftar di Amerika Serikat sejak Desember, menurut Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan.
VIVA Militer: Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden
- scmp.com
Food and Drug Administration menyetujui Paxlovid untuk penggunaan darurat pada bulan Desember setelah terbukti mengurangi risiko rawat inap atau kematian pada orang dewasa berisiko tinggi sebesar 89 persen. Dan meskipun pengobatannya efektif bagi banyak orang, beberapa telah melaporkan kasus kambuh atau rebound COVID-19 setelah minum antivirus tersebut.
Berikut adalah beberapa fakta penting yang perlu diketahui tentang rebound atau kambuh COVID-19, dikutip dari laman People.
Kambuh COVID terkait Paxlovid?
Pil COVID-19 Paxlovid.
- ANTARA/Reuters/Jennifer Lorenzini
Kembali pada bulan Mei, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) merilis panduan tentang rebound COVID-19, yang digambarkan sebagai gejala berulang atau tes virus positif baru setelah dites negatif.
Kasus rebound telah dilaporkan pada pasien antara dua hingga delapan hari setelah pemulihan awal mereka, dan gejalanya tetap ringan pada mereka yang telah menjalani pengobatan Paxlovid.
"Berdasarkan informasi dari laporan kasus, rebound COVID-19 tidak mewakili infeksi ulang dengan SARS-CoV-2 atau perkembangan resistensi terhadap Paxlovid," tambah panduan itu.
CDC juga melaporkan bahwa selama uji klinis Paxlovid, sebagian kecil kasus kambuh ditemukan pada mereka yang diberikan obat dan orang yang menggunakan plasebo, yang berarti kambuh tampaknya tidak disebabkan oleh antivirus.
"Tidak ada peningkatan kejadian rawat inap atau kematian, dan tidak ada bukti bahwa peningkatan RNA virus yang terdeteksi adalah hasil dari resistensi SARS-CoV-2 terhadap Paxlovid," tambah laporan itu.