Cegah Speech Delay pada Anak, Orangtua Wajib Waspada 3 Hal Ini
- Pixabay
"Kita harus bersikap di sini bagaimana bijak menggunakan gawai. Bukan berarti dikasih begitu saja lalu ditinggal. Tapi ada pendampingan di situ dan interaksi. Karena ibarat pedang bermata dua ya, sesuatu itu bisa bermanfaat tergantung si pemakai," papar dr Ajeng.
"Di era serba digitalisasi sekarang ini, kita memang tidak bisa 100 persen anti gadget dan kita tidak bisa melawan zaman. Tetapi jangan sampai menjadikan gadget ini sebagai electronic baby sitting, gadget diberi pada anak begitu saja lalu anak tidak diajak ngobrol," sambung dia.
Ilustrasi ibu dan anak/parenting/bayi.
- Freepik/gpointstudio
Alarm
Alarm ini maksudnya deteksi dini, karena seringkali speech delay itu datang terlambat. Padahal dari umur 9 bulan sudah bisa dilihat tanda-tandanya, seperti belum bisa berbicara mama-papa atau ketika diajak main cilukba, orangtua sudah heboh tapi anaknya cuek.
Perlu ada tes dan skrining juga untuk mencari tahu penyebab speech delay pada anak. Kemudian juga butuh kerja tim, artinya dari dokter, terapis, orangtua, bahkan psikolog pun harus bekerja sama. Karena banyak ibu yang stres ketika anaknya mengalami gangguan.
"Ada kasus, saya tinggal di Bekasi, Bekasi kan ibaratnya tetangga Jakarta, saya sebulan itu pasti mendapat satu pasien gizi buruk. Sudah usia 2 tahun beratnya 6,5 kilogram, jelas dong nggak bisa ngomong, jangankan ngomong, duduk sendiri aja nggak bisa. Kan nggak mungkin saya suruh terapi wicara, pasti dibenerin dulu nutrisinya. Nah, ini saya bilang kerja samanya harus dari berbagai pihak,” kata dia.
Peran berbagai pihak untuk mengatasi anak dengan speech delay, juga dipaparkan oleh Dokter Umum, dr Ramlan Zuhair Pulungan. Ia mengatakan, orangtua seringkali tidak memercayai anaknya untuk bercerita sendiri. Jadi, ketika ia bertanya pada anak, yang menjawab justru orangtuanya.
Ilustrasi ibu dan anak/parenting.
- Freepik/lookstudio
"Saya melihat anak-anak di tempat saya praktik dan rumah sakit saya bekerja, dia memang sulit sekali berbicara. Ketika saya tanya anak, dia selalu melihat ke orangtua atau yang jawab selalu orangtuanya. Nah, itu faktor sosial juga memengaruhi anak bisa bicara apa nggak,” kata dr Ramlan dalam kesempatan yang sama.