- ANTARA/Rony Muharrman
Rudi menyebutkan, luas lahan gambut yang ada di Provinsi Jambi mencapai 670 ribu hektare. Hampir setengahnya sudah digunakan untuk Hutan Tanaman Industri alias HTI dan perkebunan kelapa sawit. Data Warsi, lahan gambut untuk HTI seluas 86.442 hektare, sedangkan perusahaan perkebunan sawit seluas 161.273 hektare.
Sementara itu, Hutan Lindung Gambut dan Taman Nasional Berbak mencapai 120 ribu hektare. Baru sisanya dikelola masyarakat, yang rata-rata ditanami kelapa sawit dengan status kepemilikan perorangan maupun dengan cara kemitraan (kerjasama dengan pemilik modal). “Melihat jumlah ini, program CSA yang bisa dilakukan masyarakat adalah dari sisa lahan gambut yang sudah dikuasai perusahaan,” ungkapnya.
Sisa-sisa lahan gambut ini dibiarkan telantar oleh perusahaan-perusahaan karena sulit ditanami lagi. Menurut Rudi, pembuatan kanal yang berlebihan dilakukan perusahaan-perusahaan di lahan gambut justru menjadi penyebab utama lahan gambut mudah terbakar pada musim kemarau. “Sudah 120 ribu lahan gambut di Jambi ini terbakar,” sebutnya. Dan lahan gambut yang sudah terbakar tidak bisa kembali seperti kondisi semula.
“Limabelas ribu hektare yang pernah terbakar di dalam Taman Nasional Berbak hingga saat ini tidak ditumbuhi pohon lagi. Bahkan sudah menjadi danau digenangi air. Saya sudah lihat sendiri melalui helikopter,” ujarnya.
Dan Warsi kini mengajak masyarakat memanfaatkan lahan-lahan telantar itu dengan lebih ramah.
[aba]
