Bos Toyota: Mobil Listrik Bisa Picu Emisi Lebih Besar, Kok Bisa?
- Insider.
Jepang, VIVA- Di tengah dorongan global menuju elektrifikasi penuh, Toyota Motor Corporation kembali menegaskan bahwa fokus utamanya adalah pada pengurangan emisi karbon, bukan sekadar memproduksi mobil listrik murni. Chairman Toyota, Akio Toyoda, menyatakan bahwa perusahaan tetap konsisten pada strategi multi-energi, dengan mengandalkan berbagai teknologi termasuk hybrid, plug-in hybrid, kendaraan hidrogen, hingga baterai listrik.
“Musuh kita adalah karbon, bukan mesin bensin atau motor listrik. Kami fokus pada langkah nyata yang bisa segera mengurangi emisi karbon,” ujar Toyoda seperti dilansir VIVA dari laman Carscoops, Sabtu 3 Mei 2025.
Pernyataan tersebut disampaikan di tengah kritik terhadap lambatnya langkah Toyota dalam mengembangkan mobil listrik murni atau battery electric vehicle. Namun, menurut Toyoda, langkah tersebut didasari pada perhitungan matang dan kepedulian terhadap kondisi riil di berbagai negara, termasuk Jepang.
Toyoda menyebut, sejak meluncurkan kendaraan hybrid pertama pada 1997, Toyota telah menjual sekitar 27 juta unit kendaraan hybrid di seluruh dunia. Ia mengklaim jumlah itu memberikan dampak pengurangan karbon yang setara dengan 9 juta mobil listrik.
“Kalau kami memproduksi dan mengoperasikan 9 juta BEV di Jepang, emisi karbon justru bisa meningkat. Sebab sebagian besar listrik di Jepang masih dihasilkan dari pembangkit tenaga termal berbahan bakar fosil,” katanya.
Toyota tetap melihat kendaraan hybrid sebagai solusi transisi yang efektif menuju netral karbon, terutama di negara-negara dengan infrastruktur pengisian daya listrik yang belum memadai. Saat ini, hampir semua model Toyota memiliki varian hybrid, dan penjualannya terus menunjukkan tren positif, terutama di pasar Eropa dan Amerika Utara.
Toyoda menekankan bahwa kendaraan listrik memang tidak menghasilkan emisi dari knalpot, namun emisi dari proses produksi baterai dan pembangkit listrik harus turut diperhitungkan. Ia mengingatkan bahwa pendekatan tunggal yakni hanya mengandalkan BEV yanh bukanlah solusi menyeluruh terhadap krisis iklim.
Dalam jangka panjang, Toyota mengusung strategi multi-pathway dengan terus mengembangkan berbagai jenis kendaraan ramah lingkungan. Selain hybrid, perusahaan juga fokus pada pengembangan kendaraan berbahan bakar hidrogen, plug-in hybrid, dan mesin pembakaran internal yang dapat menggunakan bahan bakar sintetis.
“Kami tidak bertaruh pada satu jenis teknologi saja. Semua opsi harus dijajaki. Kami sangat konsisten dalam menyatakan bahwa yang kami lawan adalah karbon dioksida,” ujar Toyoda.
Toyoda juga memperingatkan bahwa peralihan mendadak ke kendaraan listrik murni dapat membawa konsekuensi sosial dan ekonomi. Menurutnya, jika industri otomotif Jepang dipaksa beralih secara total ke BEV dalam waktu singkat, sekitar 5,5 juta lapangan kerja berisiko terdampak.
Pada tahun lalu, ia bahkan memperkirakan bahwa dalam jangka panjang, kendaraan listrik murni hanya akan menyumbang sekitar 30 persen dari total penjualan mobil secara global.