Toyota Beri Peringatan Keras Soal Tarif Impor
- Pixabay
Washington D.C., VIVA – Produsen otomotif asal Jepang, Toyota, menyampaikan peringatan keras soal kebijakan tarif impor yang diberlakukan pemerintah AS, terutama di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump.
Menurut Toyota, tarif tinggi akan membuat harga mobil melambung dan berpotensi menjauh dari jangkauan konsumen Amerika.
“Setengah dari mobil yang kami jual di Amerika Serikat adalah unit impor,” ujar Mark Templin, Executive Vice President & COO Toyota, dalam konferensi pers di markas besar Toyota Amerika Utara di Plano, Texas, dilansir VIVA dari laman insideevs.
“Ini tidak bisa dipertahankan,” tambahnya dengan tegas.
Ilustrasi Donald Trump dan kebijakan tarif mobil impor
- Carscoops
Sejak 3 April lalu, tarif impor sebesar 25 persen untuk unit mobil utuh (CBU) resmi diberlakukan. Menyusul kemudian, pada 3 Mei, tarif 25 persen untuk komponen otomotif serta bahan mentah seperti baja dan aluminium mulai diterapkan.
Komponen yang memenuhi aturan USMCA (perjanjian perdagangan bebas antara AS, Meksiko, dan Kanada) memang dikecualikan.
Namun, sebagian besar komponen dari luar tetap terkena imbas.
Toyota sendiri telah memiliki 14 fasilitas produksi di Amerika Utara, 11 di antaranya berada di Amerika Serikat.
Adapun produsen ini telah menginvestasikan lebih dari US$67 miliar (Rp1,072 triliun) dan menciptakan 200 ribu lapangan kerja langsung.
Jika menghitung jaringan dealer dan pemasok, Toyota mengklaim telah menyokong lebih dari 10 juta pekerjaan.
Namun, beberapa model andalannya seperti RAV4 dan RAV4 Hybrid masih dirakit di Kanada, sementara kendaraan listrik dan hybrid plug-in masih diproduksi penuh di Jepang.
“Biaya servis dan perawatan akan melonjak. Rantai pasok global ini kompleks, kami tidak bisa memindahkan pabrik dalam semalam,” kata Templin.
Dalam presentasi yang sama, Toyota mengingatkan bahwa tarif ini bisa membuat mobil-mobil baru semakin tak terjangkau oleh masyarakat Amerika Serikat.