Teknologi Canggih, Teroris Makin Gigih
- allpinoynews
Untuk membuka dokumen tersembunyi, mereka menggunakan steganografi, atau seni penyembunyian pesan ke dalam pesan lainnya yang dilakukan sedemikian rupa, sehingga orang lain tidak menyadari. Organisasi teroris itu biasanya meletakkan pesan tersembunyi pada video porno di situs, ketimbang harus menggunakan email.
Banyak Platform Menuju ISIS
Di dunia, banyak platform komunikasi terenkripsi yang kerap disukai teroris. Platform tersebut biasanya bersifat gratis dan mudah digunakan. Beberapa di antaranya seperti WhatsApp, Signal, RedPhone, Wickr, dan Telegram. Platform komunikasi ini mudah dienkripsi dan bisa digunakan tanpa identitas pengirim maupun pengguna. Namun, di antara sekian banyak platform, ISIS diketahui lebih suka menggunakan Telegram.
Telegram merupakan platform pesan singkat yang tidak menyimpan pesan sebagai arsip. Sifat pesan tidak kekal dan bisa berlalu begitu saja.
Platform buatan warga Rusia, Pavel Durov, memungkinkan adanya pembuatan "channel" yang bisa digunakan untuk mengirim pesan dan percakapan kelompok sampai lebih dari 200 orang. Pada Oktober lalu, Middle East Media Research Institute (MEMRI) melaporkan jika ISIS dan Al Qaeda telah menciptakan banyak channel di Telegram guna mengamankan komunikasi dan berbagi file secara aman.
“Mereka menggunakan Telegram untuk berbagi info, termasuk tutorial untuk merakit senapan, melancarkan serangan bersenjata, menghubungi penyerang untuk merencanakan target pembunuhan, dan teror di mana saja,” ujar periset dari MEMRI, M. Khayat.
Alex Kassirer, analis kontra terorisme Flashpoint, perusahaan intelijen swasta berbasis si New York, menuding ISIS memakai saluran broadcast Telegram untuk menggelar rekrutmen, propaganda, inspirasi, sampai motivasi. Bahkan, menurut Direktur Bethesda, Rita Katz, layanan monitoring ekstremis di AS, ISIS disebutkan punya tiga sampai empat saluran di Telegram.
Beberapa saluran Telegram dikatakan menarik puluhan ribu pengikut. Selain memakai Telegram, kelompok ekstremis itu juga menggunakan Twitter untuk menyebarkan propagandanya. Sejak teror Paris, pengelola Telegram mengaku telah memblokir 78 saluran yang terkait dengan ISIS.
Saat ini, Telegram punya 60 juta pengguna dan untuk sebuah layanan enkripsi angka itu menunjukkan aplikasi tersebut sangat populer. Sebab, jumlah pengguna Telegram itu sama dengan total jumlah pengguna tiga layanan enkripsi yaitu Signal, Silent Circle, dan Wickr.