Jill Gladys Coba Bangkit di Tengah Pandemi
- VIVA / Ichsan Suhendra
VIVA – Aktris Jill Gladys mengaku jadi salah satu orang yang terdampak pandemi COVID-19. Usaha yang dijalani atau syuting yang biasanya dilakoni tak berjalan seperti biasanya. Jill tidak menyerah begitu saja.
Lewat bisnis barunya di bidang klinik kecantikan, Dermiere, Jill Gladys coba bangkit. Bersama ibu mertuanya, Jill membangun klinik yang berkiblat kepada gaya Korea Selatan.
"Sekarang banyak perempuan yang nonton Korea Selatan, dengan make up yang flawless. Kita ingin ke arah sana, kayaknya industri kecantikan enggak akan pernah mati, teknologi terus ada yang baru," kata Jill saat ditemui di kawasan Jakarta Barat baru-baru ini.
Ia tetap menjalankan protokol kesehatan dalam tempat tersebut. Selain dari yang sudah ditentukan, masker, jaga jarak dan sebagainya, setiap ruangan disediakan air purrifier.
Pelanggan yang akan datang harus membuat janji sebelumnya untuk dibatasi jumlah. Mereka juga akan melihat data perjalanan dan kesehatan pelanggan yang akan datang.
"Walaupun dari segi penjualan masih terseok-seok lah, kita enggak mungkin harus nunggu terus. Kita tetap beraktivitas dan tetap dengan protokol kesehatan," kata Jill.
Meski coba bangkit dengan cara seperti itu, Jill mengaku bukan mengejar rupiah yang utama. Ia tetap mengutamakan kesehatan dan kenyamanan pelanggan, pekerja bahkan dirinya.Â
"Kalau bicara untung-rugi kurang pas kalau keadaan pandemi begini, kita punya paket yang new normal, pada saat nanti new normal akan berubah," ucap Jill Gladys.
Selain itu, Jill coba beradaptasi dengan keadan saat ini. Tempatnya ditujukan lebih kepada millenial yang mencari perawatan dengan hasil akhir seperti yang mereka lihat dalam drama Korea.
"Di sini kita punya alat terbaru untuk menghilangkan pigmen warna, bentuknya tato, bekas jerawat, intinya memudarkan warna. Itu yang dipakai orang bisa bikin cerah atau bisa bengt untuk hapus tato," ujarnya.
Prabowo Apresiasi Dokter Tak Tergiur Gaji Besar di Luar Negeri, Pilih Praktek di Indonesia
Prabowo apresiasi pengabdian para tenaga medis, khususnya dokter spesialis hingga profesor yang bertugas di Indonesia
