Sejarah Kelam, 14 Tim Boikot Liga Champions
- AP Photo/Gregorio Borgia
VIVA – Liga Champions dikenal sebagai kompetisi klub paling bergengsi di Eropa. Namun, siapa sangka, sepanjang sejarahnya sudah ada 14 klub yang memilih untuk memboikot ajang ini.
Liga Champions lahir pada 1992 sebagai rebranding dari European Cup yang bergulir sejak 1955. Format awalnya sederhana, hanya 16 juara liga domestik yang diundang UEFA untuk bersaing.
Namun, pada era 1950-an, tidak semua federasi sepakbola setuju dengan gagasan kompetisi antarklub Eropa. FA Inggris dan FA Skotlandia menolak keras konsep European Cup, bahkan sejalan dengan sikap mereka yang kala itu cenderung menutup diri dari pergaulan internasional.
Akibat tekanan FA, Chelsea menolak tampil di edisi perdana European Cup. Begitu pula dengan Aberdeen, juara Liga Skotlandia saat itu. Sebagai gantinya, Hibernian – yang hanya finis di posisi lima – justru dipercaya tampil karena sudah dikenal luas usai tur ke Amerika Selatan dan Eropa, serta memiliki stadion dengan fasilitas lampu sorot. Menariknya, Hibs sukses melaju hingga semifinal sebelum dihentikan Stade de Reims.
Drama lain muncul pada 1958/59. Manchester United mendapat undangan khusus usai tragedi Munich, namun FA lagi-lagi menolak partisipasi mereka.
Boikot juga terjadi karena faktor politik. Pada 1961, klub Rumania CCA Bucuresti dipaksa mundur karena pemerintah takut dipermalukan lagi usai kalah telak dari Cekoslowakia di Piala Eropa 1960. Delapan tahun berselang, enam klub dari Blok Timur juga menolak tampil setelah UEFA mempertemukan tim-tim dari negara yang terlibat dalam invasi Soviet ke Cekoslowakia.
Daftarnya termasuk Levski Sofia (Bulgaria), Ferencvaros (Hungaria), Ruch Chorzow (Polandia), Dynamo Kiev (Uni Soviet), Red Star Belgrade (Cekoslowakia), dan Carl Zeiss Jena (Jerman Timur).
Pada 1972, juara Albania, KF Vllaznia, tak mendapat izin pemerintah untuk bepergian sehingga otomatis mundur. Di tahun yang sama, klub Irlandia Utara Glentoran juga dipaksa boikot akibat situasi keamanan di negaranya.
Kasus serupa dialami Glenavon pada 1970. Mereka mengundurkan diri karena kendala biaya perjalanan dan masalah visa, yang memaksa laga tandang harus dimainkan di tempat netral.
Fakta ini menegaskan bahwa Liga Champions tak selalu berjalan mulus. Di balik gemerlap trofi dan kejayaan klub-klub besar, ada catatan sejarah panjang penuh boikot karena politik, keamanan, hingga keputusan kontroversial federasi.