Airbus Jiplak Teknologi Pesawat Boeing?

Pesawat Airbus JetBlue
Sumber :
  • Istimewa

Jakarta, VIVA – Winglet, bagian kecil di ujung sayap pesawat, mungkin tampak sepele, tapi inovasi ini merevolusi industri penerbangan sejak 1980-an. Awalnya diuji pada pesawat kecil, teknologi ini kemudian terbukti mampu menghemat bahan bakar secara signifikan, terutama setelah digunakan pada pesawat berbadan besar seperti Boeing 747-400 dan McDonnell Douglas MD-11.

Pengakuan Mengejutkan Pria Paruh Baya Kenapa Nekat Lecehkan Penumpang Citilink

Fungsi Winglet: Kecil Tapi Berdampak Besar

Winglet bekerja dengan cara mengurangi hambatan udara (drag) yang dihasilkan oleh pusaran di ujung sayap. Pusaran ini muncul karena perbedaan tekanan udara di atas dan di bawah sayap—dan menyebabkan konsumsi bahan bakar meningkat. Dengan menambahkan winglet, aliran udara menjadi lebih stabil, dan efisiensi bahan bakar meningkat. Efeknya? Hemat biaya operasional untuk maskapai.

Trump Bilang RI akan Beli Energi AS Senilai Rp 244 Triliun dan 50 Pesawat Boeing

Boeing dan Desain Blended Winglet

Boeing mulai mengembangkan blended winglet—winglet yang menyatu halus dengan sayap—pada tahun 1993 dalam program Next Generation 737. Awalnya hanya untuk pesawat jet bisnis, namun setelah hasil uji coba yang positif bersama Aviation Partners, desain ini pun diterapkan secara luas.

Daftar 10 Penerbangan Murah Terbaik Dunia 2025, AirAsia Juaranya

Tahun 1997, Boeing mulai melakukan uji coba di pesawat 737. Dua tahun kemudian, Southwest Airlines menjadi maskapai pertama yang mengoperasikan 737 generasi terbaru ini. Keuntungan ekonomisnya luar biasa—bahkan, satu pesawat bisa menghemat 100.000 galon bahan bakar per tahun hanya berkat winglet ini.

Pesawat Boeing 737 MAX mendarat di Bandara Seattle, Wasington, AS

Photo :
  • Mike Siegel/The Seattle Times

Airbus dan Desain Alternatifnya

Sementara itu, Airbus sudah lebih dulu menggunakan teknologi serupa dengan nama wingtip fences di A320. Walau fungsinya mirip, desain ini tidak seefisien blended winglet milik Boeing. Airbus kemudian menerapkan desain ini pada A300, A310, hingga A380.

Melihat efisiensi blended winglet yang lebih tinggi, Airbus pun tertarik. Tahun 2008, mereka menjalin kerja sama dengan Aviation Partners untuk mengembangkan versi mereka sendiri untuk keluarga A320.

Masalah Muncul: Sharklet vs Blended Winglet

Masalah mulai timbul ketika Airbus mengembangkan desain bernama Sharklet—winglet khas Airbus yang mulai diperkenalkan setelah uji coba dengan pesawat milik JetBlue. Aviation Partners menuduh Airbus menjiplak desain mereka tanpa izin.

Gugatan hukum pun dilayangkan. Walau akhirnya diselesaikan secara damai (Airbus membayar sejumlah kompensasi yang tidak diumumkan), sengketa ini menyisakan pertanyaan besar soal hak kekayaan intelektual dalam industri penerbangan.

Airbus

Photo :
  • Airbus

Evolusi Winglet dari Waktu ke Waktu

Pada 1990-an, harga bahan bakar yang masih rendah membuat efisiensi bukan prioritas utama. Namun pasca tragedi 9/11, harga minyak melonjak drastis. Maskapai pun mulai berburu solusi hemat energi—dan winglet jadi salah satu jawabannya.

Airbus, yang semula merasa cukup dengan wingtip fences, akhirnya menyadari perlunya teknologi baru. Hasilnya: Sharklet hadir tahun 2012, terlambat 12 tahun dari Boeing.

Kini, semua pesawat A320neo sudah dilengkapi Sharklet sejak keluar dari pabrik, dan model lama mulai menjalani retrofit.

Winglet Masa Kini: Bukan Lagi Tambahan, Tapi Standar

Winglet kini sudah menjadi fitur standar di banyak pesawat. Baik Boeing maupun Airbus terus mengembangkan teknologi ini agar semakin efisien. Misalnya, Boeing kini menggunakan desain split scimitar pada 737 dan winglet teknologi canggih di 737 MAX.

Untuk pesawat berbadan lebar seperti Boeing 747-400, Airbus A330, dan A350, desain winglet-nya pun lebih kompleks—menyesuaikan ukuran dan karakteristik pesawat.

Pesawat Garuda Indonesia Airbus A330-900 Neo

Photo :
  • dok. Airbus

Inovasi yang Tak Pernah Berhenti

Persaingan antara Boeing dan Airbus tak hanya soal penjualan pesawat. Di baliknya, ada persaingan teknologi yang terus memaksa keduanya berinovasi. Bagi maskapai, ini berarti penghematan biaya. Bagi penumpang, perjalanan yang lebih efisien dan ramah lingkungan.

Namun, kasus seperti dugaan pencurian desain ini menjadi pengingat penting: inovasi boleh saja dikembangkan, tapi penghormatan terhadap hak cipta dan kolaborasi harus tetap dijunjung tinggi. (aviationa2z)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya