Miris! Sekitar 2.700 Remaja Usia 15–19 Tahun di Indonesia Terinfeksi HIV

Ilustrasi HIV
Sumber :
  • Times of India

VIVA – Data terbaru menunjukkan bahwa ribuan remaja Indonesia, mayoritas berusia antara 15 hingga 19 tahun, mengidap HIV. Fenomena ini menyoroti pentingnya edukasi seksual, akses tes kesehatan, dan penghapusan stigma di kalangan generasi muda.

Daftar Lewat Medsos, Polisi Dalami Peserta Pesta Gay di Puncak Ada yang Diduga Positif HIV

Kementerian Kesehatan RI telah mencatat lebih dari 2.700 remaja Indonesia berusia 15–19 tahun mengidap HIV hingga Maret 2025. Usia remaja menjadi kelompok rentan tapi sering terabaikan, karena dianggap “belum berisiko”.

Padahal, HIV di usia remaja adalah isu yang semakin penting dan mendesak di Indonesia dan dunia.  Banyak dari mereka tertular akibat kurangnya edukasi, pergaulan berisiko, tekanan sosial serta kurangnya pengawasan dan tidak tahu cara pencegahan. 

Gofar Hilman Ngaku Rutin Tes HIV, Dokter Boyke: Berarti Kamu Ganti-ganti Pasangan Dong

Dikutip dari unggahan akun Instagram @nowdots pada Minggu, 22 Juni 2025 ini bahwa HIV sudah merebak dan paling banyak diidap oleh usia remaja.

Ternyata, Begini Kehidupan Kecoa Tanpa Kepala Selama Seminggu

HIV sendiri adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh, dan jika tidak diobati, dapat berkembang menjadi AIDS.  Tidak hanya itu, dampak dari HIV pada usia remaja juga sangatlah banyak. Mulai dari penurunan fisik, imun hingga rentan infeksi.

Mereka juga rentan terganggu psikologisnya hingga membuat mereka lebih mudah depresi, cemas, hingga isolasi sosial. Penularannya terjadi melalui cairan tubuh seperti darah, sperma, cairan vagina, dan ASI, umumnya lewat hubungan seksual tanpa kondom, berbagi jarum suntik, transfusi darah yang tidak aman, dan dari ibu ke anak saat kehamilan atau menyusui.

Gejala awal HIV bisa menyerupai flu, namun virus tetap aktif dalam tubuh meskipun tanpa gejala selama bertahun-tahun, hingga akhirnya berkembang menjadi AIDS dengan gejala berat seperti infeksi parah, kanker, dan penurunan berat badan drastis.

Pencegahan meliputi penggunaan kondom, tes HIV rutin, terapi PrEP, tidak berbagi jarum suntik, dan terapi ART untuk ibu hamil dengan HIV. Meski belum ada obat untuk menyembuhkan HIV, pengobatan antiretroviral (ART) memungkinkan penderita menjalani hidup sehat dan produktif. Edukasi dan pengurangan stigma sangat penting untuk mengurangi penularan dan meningkatkan kesadaran masyarakat.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya