Merayakan Lebaran di Negeri Orang
- facebook.com/pg/pengajian.birmingham
Malam takbiran di sana tak gegap gempita seperti di Indonesia. Takbiran dimulai sekitar pukul 19.30 usai salat Isya. Takbir dikumandangkan oleh jemaah termasuk anak-anak untuk merasakan suasana gembira malam Hari Raya.
Sementara tak seperti di Indonesia yang mudah melakukan salat Id di mana-mana, di negeri minoritas Muslim ini, jadwal pelaksanaan salat Id dibagikan sepekan sebelum Lebaran oleh Konsulat Jenderal (Konjen) RI di Malbourne dan komunitas Muslim Indonesia di sejumlah wilayah Melbourne. "Nah, kebetulan saya tinggalnya waktu itu di bagian tenggaranya Melbourne yang paling banyak komunitas Muslim Indonesia," ujar wanita dengan sapaan Nisa ini kepada VIVA.
Pelaksanaan salat Id pun dilakukan di aula salah satu sekolah umum. Setelah salat selesai, jemaah akan mendapatkan makanan ringan dan minuman khas Indonesia untuk dinikmati sambil bersilaturahmi dengan sesama Muslim.
Dan karena Nisa memiliki kerabat yang sudah menetap atau permanent resident di Australia, dia berkumpul di kediaman kerabatnya tersebut sambil menikmati masakan khas Lebaran ala Indonesia, seperti ketupat, opor, sambal goreng hati dan rendang. Dia pun kerap mengikuti kerabatnya ke open house para kerabat dan kolega yang dituakan.
Sama dengan di Korea Selatan, di Australia, Lebaran juga bukan hari libur. Mereka yang telah salat Id harus kembali melakukan aktivitas biasa, kecuali jika sudah mendapat izin dari perusahaannya. Meski demikian, kemeriahan masih terasa dengan adanya bazar yang digelar oleh komunitas negara lain, seperti Ied Festival yang diselenggarakan oleh komunitas Arab di Melbourne.
"Selain banyaknya pilihan kuliner Arab seperti kebab, gozlem dan borek, festival ini juga menyajikan wahana-wahana layaknya yang kita temui di theme park seperti ferris wheel dan game booth lainnya," kata Nisa, yang merayakan Lebaran tahun ini di Jakarta.
Berjarak belasan ribu kilometer dari Australia, perayaan Lebaran di Amerika Serikat pun terasa sepi jika dibanding di sini. Hal itu dirasakan Triwik Kurnia, seorang karyawan swasta di Jakarta ketika melanjutkan kuliah S2 di Ohio University, Amerika Serikat sekitar tahun 2014-2016. Dia merasakan Lebaran di Washington DC dan New York City.