- Raden Jihad Akbar/VIVA.co.id
Ya memang itu sesuatu yang natural, secara gradual turunnya. Tapi kita lihat sudah di batas 10 persen, persoalan yang dihadapi menjadi agak berbeda. Memang harus diakui bahwa penurunan kemiskinan agak lambat kalau dilihat trennya. Tapi memang ada persoalan mendasar di sana.
Persoalan apa yang sangat mendasar itu?
Kalau penduduk miskinnya banyak di sini, mengangkatnya butuh upaya luar biasa. Tapi, kalau ditelusuri lagi, kenapa masyarakat miskin yang di bawah menjadi kronis? Iitu karena mereka memang tidak mempunyai akses apa pun. Akses ke infrastruktur dasar, misalnya pendidikan dan kesehatan, mereka tidak punya modal, sehingga bagaimana mereka perlu mengangkat usaha.
Bagaimana efektifitas program-program pengentasan kemiskinan saat ini?
Kalau kita bicara kemiskinan, kalau itu ternyata sudah sampai level kronis penduduk miskin ada golongan dan layer-nya. Jadi kebijakannya memang harus berbeda, tidak bisa lagi hanya sentuhan misalnya kasih beras miskin (Raskin), kasih bantuan sosial (Bansos), tidak mungkin. Perlu ada sentuhan khusus.
Sentuhan khusus seperti apa maksud Bapak?
Misalnya untuk para buruh tani, bisa tidak kita kasih pembagian tanah cuma-cuma. Kita sudah bicarakan ke pemerintah. Jadi memang agak-agak berat. Itu yang pertama.
Yang kedua, memang karakteristik kemiskinan itu beda-beda antarwilayah, antarkota dan desa saja sudah beda. Sehingga kita perlu mengambil sebuah prioritas. Apalagi, kalau data BPS kelihatan, sekitar 55 persen penduduk miskin itu bekerja di sektor pertanian. Jadi desa dan pertanian itu sarangnya orang miskin.
Kebijakannya memang harus berbeda antarwilayah, tidak bisa menerapkan one for all gitu. Jadi ketika budget terbatas, perlu ada prioritas. Apakah budget ini akan disebar ke seluruh provinsi, atau saya konsentrasikan ke pedesaan.
Berdasarkan potret BPS bagaimana rekomendasi kebijakan untuk menekan kemiskinan?
Kalau saya berpikirnya lebih jangka panjang. Bahwa, kemiskinan dan ketimpangan itu terjadi, dan tidak ada obat mujarab. Tapi, kuncinya dalam jangka panjang, yaitu tadi bahwa kita harus memperluas akses kepada seluruh masyarakat.
Kita bicara pendidikan misalnya. Pendidikan level Sekolah Dasar (SD) bagus sudah, angka sudah 99 persen. Ke tingkat Sekolah Menegah Pertama (SMP) masih bagus, ke 86-87 persen. Begitu Sekolah Menegah Atas (SMA) masih kemewahan, drop-nya lumayan jauh.