Kasus COVID-19 Meledak di Thailand, Lebih dari 50 Ribu Terinfeksi dalam Sepekan
- Pixabay/Tumisu
Bangkok, VIVA – Thailand menghadapi lonjakan signifikan kasus COVID-19, dengan lebih dari 53 ribu kasus tercatat hanya dalam sepekan terakhir.
Menurut data resmi Departemen Pengendalian Penyakit (DDC) Thailand, terdapat 53.563 kasus COVID-19 dalam periode 18 hingga 24 Mei. Dari jumlah tersebut, 2.827 pasien menjalani perawatan di rumah sakit, sementara sisanya ditangani sebagai pasien rawat jalan.
Ibu kota Bangkok menjadi episentrum penyebaran dengan 9.539 kasus, disusul Chon Buri (3.379), Samut Prakan (2.491), Nonthaburi (2.278), dan Rayong (2.210).
Ilustrasi COVID-19/virus corona.
- Pixabay/mattthewafflecat
Melansir dari Bangkok Post, Selasa 27 Mei 2025, kelompok usia produktif menjadi yang paling terdampak.
"Pasien yang paling banyak terpapar COVID-19 berada di usia 30 hingga 39 tahun yakni 10.740 kasus. Diikuti kelompok usia lebih muda di rentang 20 hingga 29 tahun yakni 9.527 kasus," tulis Bangkok Post.
Selain itu, tercatat 8.107 lansia dan 4.117 balita usia di bawah empat tahun turut terinfeksi.
Sejak awal tahun hingga 26 Mei, Thailand telah mencatat 186.955 kasus COVID-19 dan 46 kematian, termasuk lima korban jiwa dalam sepekan terakhir.
Pemerintah Thailand memperingatkan bahwa angka infeksi dapat terus meningkat seiring dimulainya musim hujan dan tahun ajaran baru, yang membuat tempat-tempat umum seperti sekolah, rumah sakit, transportasi umum, dan panti jompo semakin rentan menjadi klaster penyebaran.
"Jangan bawa virus pulang ke kelompok rentan seperti lansia atau mereka yang memiliki kondisi kesehatan yang mendasarinya," tegas DDC.
Masyarakat diminta untuk kembali menerapkan langkah-langkah perlindungan dasar, seperti memakai masker saat mengalami gejala demam atau batuk, menjaga jarak dari orang yang sakit, rajin mencuci tangan, dan segera melakukan tes bila merasa terpapar.
Varian JN.1 disebut masih menjadi strain dominan di Thailand, menyumbang 63,92 persen dari seluruh kasus yang diurutkan. Meski dinilai lebih ringan dalam tingkat keparahan, varian ini tetap memiliki laju penyebaran tinggi dan menjadi perhatian utama otoritas kesehatan.