Rusia Gunakan Drone untuk Memburu Warga Sipil Ukraina
- Istimewa
VIVA – Pasukan Rusia telah menggunakan pesawat tak berawak untuk memburu dan menyerang warga sipil di Ukraina dan terus melakukannya, menurut Human Rights Watch (HRW).
Dalam laporan yang dirilis pada hari Selasa, HRW menyatakan bahwa militer Rusia telah berulang kali mengerahkan pesawat nirawak untuk menyerang sasaran sipil dalam perangnya yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun dengan Ukraina.
LSM tersebut mengatakan bahwa puluhan warga sipil telah tewas dan ratusan lainnya terluka akibat pelanggaran hukum perang.
Mengacu pada video dari pesawat nirawak Rusia dan para saksi serta korban selamat, lembaga pengawas hak asasi manusia itu menuduh bahwa Rusia telah “dengan sengaja atau gegabah” memburu warga sipil dan objek sipil, khususnya di kota selatan Kherson, dengan menggunakan “pesawat nirawak quadcopter yang tersedia secara komersial” yang dibuat di dalam negeri dan di Tiongkok.
"Operator pesawat nirawak Rusia mampu melacak target mereka, dengan umpan video beresolusi tinggi, sehingga hampir tidak ada keraguan bahwa tujuannya adalah untuk membunuh, melukai, dan meneror warga sipil," kata Belkis Wille, direktur senjata dan konflik di HRW, dalam sebuah pernyataan dikutip dari laman Aljazeera.com pada Selasa, 3 Juni 2025.
“Mereka menggambarkan mengapa komunitas internasional perlu mendukung semua upaya akuntabilitas bagi para korban kejahatan perang Rusia dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Ukraina.”
Temuan ini mendukung laporan dari penduduk dan pejabat di Kherson awal tahun ini yang mengatakan bahwa operator pesawat tak berawak Rusia berlatih dengan menargetkan warga sipil dalam “safari manusia” .
HRW mewawancarai 36 penyintas dan saksi serangan dan meneliti 83 video yang diunggah di saluran Telegram yang berafiliasi dengan militer Rusia, serta materi visual yang disediakan oleh para saksi dan peneliti.
Secara keseluruhan, setidaknya tercatat 45 “serangan pesawat tanpa awak yang disengaja” oleh pasukan Rusia dari bulan Juni hingga Desember 2024 terhadap warga sipil dan objek sipil, termasuk fasilitas kesehatan.
Pihak berwenang di Kherson melaporkan sedikitnya 30 kematian dan 500 warga sipil terluka akibat serangan pesawat tak berawak pada periode yang sama.
Laporan Januari 2025 oleh Misi Pemantauan Hak Asasi Manusia PBB mengatakan serangan pesawat tak berawak menyumbang 70 persen korban sipil di Kherson.
“Serangan tersebut tampaknya bertujuan untuk menimbulkan teror di kalangan penduduk sipil di Kherson, sebagai bagian dari serangan meluas terhadap penduduk tersebut,” kata laporan itu.
HRW mengatakan Rusia mengerahkan pesawat nirawak komersial yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan Tiongkok, DJI dan Autel, dan oleh satu entitas Rusia, Sudoplatov, yang konon menggambarkan dirinya sebagai “organisasi sukarelawan”.