Sekolah Asrama di Tiongkok dan Pemisahan Paksa Anak-Anak Tibet
- AP Photo | Andy Wong
Tibet Action Institute memperkirakan bahwa sedikitnya 100.000 anak berusia 4 hingga 6 tahun saat ini berada di sekolah berasrama di seluruh wilayah Tibet. Angka tersebut menambah hampir 900.000 anak Tibet berusia 6 hingga 18 tahun yang diketahui telah terdaftar di sekolah berasrama serupa, sebagaimana terungkap dalam laporan awal lembaga tersebut tahun 2021. Â
Dalam banyak kasus, asrama diwajibkan bahkan ketika sekolah berlokasi dekat dengan rumah anak-anak, yang menunjukkan bahwa kedekatan atau akses bukanlah alasan di balik kebijakan tersebut.
Di Lhasa, misalnya, siswa kelas lima hingga tujuh dulunya tinggal di rumah dan bersekolah di sekolah setempat. Namun, peraturan baru kini mengharuskan mereka untuk tinggal di kompleks yang luas bernama "Kota Pendidikan" di pinggiran kota. Pembalikan persyaratan ini secara teoritis — di atas kertas — kini memungkinkan anak-anak untuk pulang ke rumah pada malam hari. Namun, dengan kehadiran harian yang diwajibkan dari pukul 8 pagi hingga 9:30 malam, sebagian besar anak-anak tetap tinggal di kampus.
Menurut laporan tersebut, skala dan struktur lembaga-lembaga ini sebagian besar masih belum terdokumentasikan di media pemerintah Tiongkok. Prasekolah asrama sering berbagi fasilitas atau nama dengan sekolah dasar, sehingga sulit untuk mengidentifikasi atau melacaknya.
Misalnya, sebuah sekolah di Kabupaten Medrogongkar terdaftar hanya sebagai sekolah dasar di basis data publik, tetapi foto-foto dari media Tiongkok dan buku harian daring mengonfirmasi bahwa sekolah itu memiliki taman kanak-kanak asrama dwibahasa.
Kamp pendidikan vokasi bagi Uighur di Xinjiang, China
- Video BBC
Buku harian yang ditulis oleh seorang guru magang universitas Tiongkok yang mengajar di sekolah asrama di Kanlho, Provinsi Gansu, menggambarkan rutinitas harian yang terjadwal ketat. Anak-anak dijemput pada pukul 8 pagi, diberi pelajaran, diberi makan siang, disuruh tidur siang dengan kepala di atas meja dan akhirnya dibawa ke asrama setelah pukul 8:30 malam. Beberapa tempat tidur digunakan bersama oleh dua atau tiga anak, dengan kulit domba sebagai kasur.
Foto-foto menunjukkan anak-anak tertidur dengan lendir di wajah mereka. Dokter magang itu mencatat bahwa sebagian besar anak-anak tinggal di kampus dari hari Minggu hingga Jumat dan jarang bertemu keluarga mereka.