'Putra Mahkota' Iran Reza Pahlavi Tawarkan Diri Gantikan Khamenei, Desak Barat Dukung Gulingkan Rezim

Reza Pahlavi, Putra Mahkota Iran
Sumber :
  • AP Photo/Susan Walsh

Teheran, VIVA Reza Pahlavi putra dari Mohammad Reza Pahlavi yang digulingkan dalam Revolusi Iran 1979 menyatakan kesiapannya memimpin transisi kekuasaan di Iran. Pahlavi mengklaim siap menggantikan pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.

Pahlavi pun bermanuver dengan minta dukungan penuh dari negara-negara Barat untuk merealisasikan perubahan rezim Iran.

Omongan Pahlavi itu disampaikan dalam wawancara dengan Politico yang dirilis pada Selasa, 24 Juni 2025. Politikus yang dijuluki pendukungnya sebagai 'Putra Mahkota Iran' itu mendesak dan menyerukan kepada komunitas internasional terutama negara Barat untuk mendukungnya menggantikan rezim 'diktator' Khamenei.

Menurut Pahlavi, penting tindakan konkret termasuk intervensi militer terbatas demi menghentikan rezim Khamenei.

Pahlavi menggarisbawahi perlu juga dukungan praktis bagi kelompok oposisi melalui penguatan akses internet, sistem komunikasi, serta mobilisasi aksi massa besar-besaran.

“Saya ada di sini pada hari ini untuk menyerahkan diri kepada rekan-rekan senegara saya untuk memimpin mereka di jalan perdamaian,” kata Pahlavi.

“Kami adalah orang-orang yang bangga, orang-orang tua, dan orang-orang tangguh. Inilah momen kita. Saya bersama Anda. Mari kita membangun Iran yang baru ini bersama-sama,” jelas Pahlavi.

Ali Khamenei Pimpin Salat Jenazah (Doc: IRNA)

Photo :
  • VIVA.co.id/Natania Longdong
Total Sudah 78 WNI Dievakuasi ke Tanah Air Buntut Konflik Iran-Israel

Pahlavi telah hidup di pengasingan selama 46 tahun sejak kejatuhan dinasti ayahnya, Mohammad Reza Pahlavi. Masa pemerintahan ayahnya dikenal dengan represi oleh aparat keamanan negara yang brutal. Hal itu membuat sebagian kelompok oposisi menolak kembalinya sistem monarki.

Meski begitu, Pahlavi tetap memiliki basis pendukung yang solid. Pendukungnya itu baik dari dalam negeri maupun diaspora Iran terutama dari kalangan pro-monarki.  Pun, dalam beberapa dekade, ia aktif mengadvokasi perubahan rezim di Iran.

Yakin Indonesia Masih Aman dari Efek Perang Israel-Iran, Misbakhun Punya Saran Khusus ke Pemerintah

Menurut Pahlavi, kondisi geopolitik saat ini beri peluang besar yang belum pernah ada sebelumnya.

Konflik bersenjata yang meletus sejak 13 Juni antara Iran dan Israel memunculkan ekslasi memanas. Hal itu ditambah dengan keterlibatan Amerika Serikat yang menyerang fasilitas nuklir Iran pada akhir pekan lalu.

Trump Murka atas Tuduhan Media Soal Bantuan Dana untuk Iran: “Berita Palsu!”

Bagi Pahlavi, kondisi itu menciptakan kekacauan yang disebutnya sebagai momentum krusial untuk pergantian rezim.

Meski Israel dan AS tak menyuarakan tujuan perubahan rezim, Pahlavi menilai rangkaian serangan militer mengguncang menggulingkan kekuasaan Khamenei. Selanjutnya, membuka pintu bagi transisi politik.

Dia menilai peluang tumbangnya rezim saat ini sangat besar. Ia memperkirakan hal itu bisa terjadi sebelum akhir 2025.

Pahlavi juga mengkritik keras pendekatan negara-negara Barat khususnya di Eropa, yang terus mendorong diplomasi konflik Iran sebagai jalan keluar. Dia bilang sia-sia diplomasi degan rezim Khamenei.

“Perundingan adalah sia-sia karena rezim ini telah membuktikan berkali-kali bahwa mereka tidak akan pernah mengubah perilakunya. Anda telah berunding cukup lama dengan rezim ini,' jelas Pahlavi. 

"Sudah saatnya kita berinvestasi pada rakyat Iran sebagai jaminan yang Anda untuk otoritas yang akan menjamin perdamaian bagi Anda, keamanan bagi dunia, dan yang terpenting kebebasan bagi negara saya sendiri,” ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya