NASA Berencana Bangun Reaktor Nuklir di Bulan

Ilustrasi Bulan.
Sumber :
  • Pixabay

Jakarta, VIVA – Penjabat kepala badan antariksa Amerika Serikat NASA dilaporkan akan memberikan arahan minggu ini mengenai pembangunan reaktor nuklir di Bulan pada 2030, untuk mendominasi antariksa di tengah meningkatnya persaingan dari China dan Rusia.

Menurut keterangan dokumen internal yang diperoleh Politico, NASA membuka kesempatan bagi industri swasta untuk membangun reaktor 100 kilowatt yang mampu memberi daya pada misi jangka panjang di permukaan bulan. Reaktor ini ditujukan untuk mendukung operasi berawak di masa mendatang.

“Ini tentang memenangkan perlombaan antariksa kedua,” kata seorang pejabat senior NASA kepada Politico, yang berbicara secara anonim.

Logo NASA.

Photo :
  • BGR.com

Badan itu mengatakan telah memberi arahan untuk memilih pemimpin program dan memulai konsultasi industri dalam waktu 60 hari, kata laporan itu.

NASA bertekad meluncurkan reaktor tersebut pada 2030 - di saat yang sama China akan mendaratkan astronot pertamanya di Bulan.

Badan antariksa tersebut sebelumnya mendanai penelitian untuk reaktor yang lebih kecil yaitu 40 kilowatt, tetapi rencana baru ini menetapkan jangka waktu yang lebih ambisius.

Dokumen tersebut juga memperingatkan bahwa negara pertama yang membangun reaktor dapat mendeklarasikan zona eksklusif di bulan, yang berpotensi membatasi akses bagi negara lain.

Presiden Menolak Kolonialisme Teknologi

Namun, mengingat usulan pemotongan anggaran NASA oleh pemerintahan Trump hingga hampir seperempatnya, dari 24,8 miliar dolar AS (sekitar Rp406,3 triliun) menjadi 18,8 miliar (Rp308,2 triliun) – berita ini menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana proyek nuklir ini akan didanai, dan jika didanai, berapa banyak dana yang tersisa untuk ilmu antariksa yang lebih tradisional. (Ant)

Donald Trump Tidak Izinkan Israel Caplok Tepi Barat
Presiden RI Prabowo Subianto dan pemimpin negara lain saat menghadiri KTT BRICS 2025 (sumber foto: Muchlis Jr - Biro Pers Sekretariat Presiden)

Palestina Mau Jadi Anggota Penuh BRICS

Palestina telah mengajukan permohonan keanggotaan penuh BRICS, tetapi belum menerima tanggapan, dan berencana untuk terus berpartisipasi sebagai tamu.

img_title
VIVA.co.id
26 September 2025