10 Negara Paling Tidak Damai di Dunia Tahun 2025, Nomor 9 Bikin Elus Dada
- AFP/Youssef Masoud
Jakarta, VIVA – Indeks Perdamaian Global (Global Peace Index/GPI) 2025 kembali memetakan negara-negara yang paling sulit mempertahankan stabilitas. Hasilnya mencengangkan, kesenjangan antara negara paling damai dan paling bergejolak semakin melebar, dengan “ketimpangan perdamaian” meningkat 11,7% dalam dua dekade terakhir.
Bagi sebagian negara, perdamaian adalah kemewahan, sementara bagi 10 negara di daftar ini, konflik dan kekacauan seolah telah menjadi keseharian.
Bagaimana GPI Mengukur Kedamaian?
GPI menggunakan 23 indikator yang terbagi ke dalam tiga domain utama:
- Keamanan dan keselamatan masyarakat
- Konflik yang sedang berlangsung
- Tingkat militerisasi
Semakin tinggi skor, semakin rendah tingkat kedamaian negara tersebut.
Daftar 10 Negara Paling Tidak Damai di Dunia 2025
10. Mali (Skor GPI: 3.061)
Ketidakstabilan politik Mali bermula dari kudeta militer 2012, membuka jalan bagi kelompok bersenjata menguasai sebagian wilayah. Struktur pemerintahan lemah, ketegangan etnis, serta rute perdagangan narkoba di Sahel memperumit situasi. Meski ada intervensi internasional, keamanan tetap rapuh, apalagi setelah misi perdamaian PBB (MINUSMA) ditarik pada 2023.
9. Israel (Skor GPI: 3.108)
VIVA Militer: Invasi militer Israel di Jalur Gaza, Palestina
- AP/Moti Milrod
Konflik Israel-Palestina tak kunjung usai, serangan bertubi tubi yang dilakukan militer Israel terhadap warga sipil di Gaza, ditambah Pendudukan wilayah Palestina yang terus berlanjut, perluasan permukiman, dan pembatasan pergerakan warga Palestina menciptakan ketegangan yang berkelanjutan.
8. Sudan Selatan (Skor GPI: 3.117)
Negara termuda di dunia ini merdeka pada 2011, namun langsung terjerumus perang saudara sejak 2013. Konflik bernuansa etnis, keruntuhan ekonomi, dan krisis kemanusiaan membuat jutaan orang mengungsi. Cadangan minyak melimpah belum mampu mengangkat kesejahteraan rakyatnya.
7. Suriah (Skor GPI: 3.184)
Sejak 2011, perang saudara Suriah menjadi salah satu konflik paling kompleks dan brutal. Lebih dari 500 ribu orang tewas, jutaan mengungsi, dan infrastruktur hancur. Campur tangan Rusia, Iran, Turki, AS, hingga kelompok diduga ada keterlibatan ISIS membuat jalan menuju perdamaian kian sulit.
6. Afghanistan (Skor GPI: 3.229)
Taliban kembali berkuasa pada 2021, menandai perubahan besar di Afghanistan. Hak perempuan dibatasi, pendidikan perempuan dilarang, dan ekonomi runtuh. Kelompok ISIS-K terus melancarkan serangan, membuat keamanan tetap rapuh meski perang melawan pasukan koalisi telah usai.
5. Yaman (Skor GPI: 3.262)
VIVA Militer: Milisi Houthi Yaman
- aljazeera.com
Konflik yang dimulai pada tahun 2014 ketika pemberontak Houthi, yang didukung oleh Iran, menguasai ibu kota, Sana'a, dan memaksa pemerintah yang diakui internasional untuk melarikan diri. Intervensi koalisi yang dipimpin Saudi pada tahun 2015 bertujuan untuk memulihkan pemerintahan, justru malah meningkatkan konflik menjadi perang proksi regional.
4. Republik Demokratik Kongo (Skor GPI: 3.292)
Kekayaan mineral Kongo justru memicu konflik. Wilayah timur menjadi arena perebutan antara kelompok bersenjata, militer, dan pihak asing. Kekerasan seksual digunakan sebagai senjata perang, dan hukum nyaris tidak berlaku.
3. Sudan (Skor GPI: 3.323)
VIVA Militer: Milisi pemberontak Sudan, Pasukan Dukungan Cepat (RSF)
- alarabiya.net
Peringkat tiga besar ditempati Sudan, yang sejak April 2023 dilanda perang saudara antara militer dan Rapid Support Forces. Ibukota Khartoum lumpuh, ekonomi hancur, inflasi meroket, dan jutaan orang terpaksa mengungsi.
2. Ukraina (Skor GPI: 3.434)
VIVA Militer: Serangan rudal Rusia di kota Sumy, Ukraina
- Ukrainian Emergency Service
Invasi Rusia sejak Februari 2022 menjadikan Ukraina medan perang utama Eropa. Serangan terhadap infrastruktur sipil menimbulkan penderitaan besar, sementara jutaan warga mengungsi. Dukungan internasional terus mengalir, tetapi perang belum menunjukkan tanda-tanda mereda.
1. Rusia (Skor GPI: 3.441)
VIVA Militer: Pasukan Angkatan Bersenjata Federasi Rusia (VSRF)
- Kommersant Photo Agency
Untuk pertama kalinya, Rusia menduduki posisi puncak negara paling tidak damai. Invasi ke Ukraina memicu isolasi internasional, sanksi ekonomi, dan represi politik di dalam negeri. Perekonomian makin bergantung pada Tiongkok dan mitra otoriter lain, sementara tenaga kerja terdidik banyak yang meninggalkan negara.
