Indonesia Incar Kapal Induk Italia Giuseppe Garibaldi, Peta Maritim ASEAN Bisa Bergeser Drastis!
Jakarta, VIVA – Peta kekuatan maritim di Asia Tenggara berpotensi mengalami perubahan besar. TNI Angkatan Laut (TNI AL) secara resmi mengonfirmasi adanya pembicaraan dengan Italia mengenai rencana akuisisi kapal induk ringan pensiunan Angkatan Laut Italia, ITS Giuseppe Garibaldi.
Langkah ini dinilai sebagai titik balik strategis bagi Indonesia dan berpotensi memaksa negara-negara tetangga meninjau ulang kebijakan pertahanan maritim mereka.
TNI AL Pastikan Ada Pembicaraan
VIVA Militer: KSAL Laksamana TNI Muhammad Ali
- Dispenal
Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana Muhammad Ali mengungkapkan langsung kabar ini dalam peresmian KRI Brawijaya 320 di Tanjung Priok.
"Kami sedang menjajaki akuisisi Garibaldi dari Italia, dan harapannya dapat memperkuat armada kita," kata Ali, dikutip dari Antara.
Pernyataan ini sekaligus menegaskan sinyal bahwa Indonesia bersiap bergabung dalam kelompok eksklusif negara operator kapal induk.
Mengenal Giuseppe Garibaldi
Giuseppe Garibaldi bukan kapal biasa. Diluncurkan pada 1985, kapal induk seberat 14.000 ton ini adalah kapal induk pertama Italia. Dengan panjang 180 meter, kapal ini dilengkapi ski-jump deck serta empat turbin gas LM2500 yang mampu melaju hingga 30 knot.
Pada masa tugasnya, Garibaldi pernah mengoperasikan jet tempur AV-8B Harrier II dan helikopter anti-kapal selam. Kapal ini juga aktif dalam sejumlah operasi besar NATO, termasuk kampanye udara Kosovo 1999, intervensi Libya 2011, hingga dukungan misi di Afghanistan.
Meski berukuran lebih kecil dibanding kapal induk super milik Amerika Serikat atau Tiongkok, Garibaldi terbukti mampu memproyeksikan kekuatan udara secara efektif. Hal ini membuatnya jadi opsi menarik bagi Indonesia yang membutuhkan kapal fleksibel dengan biaya operasional lebih terjangkau.
Lompatan Besar Bagi Indonesia
Selama ini, TNI AL lebih banyak fokus pada pengadaan fregat, korvet, dan kapal amfibi. Kehadiran kapal induk akan mengubah status Indonesia menjadi blue-water navy, yaitu angkatan laut dengan kemampuan proyeksi kekuatan jauh melampaui perairan nasional.
Selain operasi tempur, Garibaldi juga bisa dimanfaatkan dalam operasi selain perang (OMSP), seperti patroli keamanan maritim, bantuan kemanusiaan, hingga penanggulangan bencana.
Namun, jika situasi mendesak, kapal ini tetap siap digunakan untuk misi tempur penuh.
Dampak Regional yang Signifikan
Jika akuisisi terwujud, stabilitas kawasan ASEAN berpotensi terguncang. Hingga kini, belum ada negara Asia Tenggara yang mengoperasikan kapal induk aktif.
Kehadiran Garibaldi akan memberi Indonesia keunggulan simbolis sekaligus praktis, sekaligus memperkuat posisi sebagai penyedia keamanan utama di ASEAN. Negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Vietnam, hingga Filipina kemungkinan besar akan meninjau ulang strategi pertahanan mereka.
Lebih luas, kapal induk ini bisa meningkatkan daya tawar Indonesia dalam diplomasi pertahanan regional.
Tantangan Integrasi
Meski peluangnya besar, proses integrasi kapal ini tidaklah mudah. Garibaldi awalnya dirancang untuk pesawat tempur STOVL (Short Take-Off and Vertical Landing) seperti Harrier atau F-35B. Indonesia sendiri belum memiliki jet dengan kemampuan tersebut.
Karena itu, besar kemungkinan kapal ini akan difungsikan sebagai kapal induk helikopter dan UAV. Kendati demikian, perannya tetap strategis, terutama untuk patroli maritim, anti-kapal selam, serta misi kemanusiaan di wilayah kepulauan.
Selain itu, masih ada tantangan lain yang harus dihadapi, mulai dari modernisasi sensor dan sistem peperangan elektronik, pelatihan kru dek penerbangan, hingga pembangunan infrastruktur logistik pendukung.