Pidato Virtual di Sidang PBB, Presiden Palestina: Israel Lakukan Kejahatan Perang, PBB Harus Jalankan Resolusi

Presiden Palestina Abbas berpidato secara virtual di PBB
Sumber :
  • Al Jazeera

New York, VIVA – Presiden Palestina Mahmoud Abbas akhirnya menyampaikan pidato di Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 2025 melalui sambungan video pada Kamis, 25 September 2025.

Trump Tak Akan Izinkan Israel Caplok Tepi Barat

Abbas tidak bisa hadir langsung karena pemerintahan Donald Trump di Amerika Serikat menolak memberikan visa bagi dirinya dan delegasi Palestina.

Dengan meningkatnya kembali desakan untuk mewujudkan negara Palestina merdeka, pidato Abbas menjadi salah satu yang paling dinantikan dalam forum internasional tersebut.

Donald Trump Tidak Izinkan Israel Caplok Tepi Barat

Israel Disebut Lakukan Genosida di Gaza

Abbas mengawali pidatonya dengan menyoroti situasi di Gaza. Ia menyebut, selama hampir dua tahun terakhir, rakyat Palestina hidup dalam penderitaan akibat apa yang disebutnya sebagai genosida.

Boikot Israel di Piala Dunia 2026 Menguat, Bung Towel: FIFA Harus Segera Putuskan!

Presiden Palestina Abbas berpidato secara virtual di PBB, Kamis 25 September

Photo :
  • Al Jazeera

“Saya berbicara kepada Anda hari ini setelah hampir dua tahun rakyat Palestina di Jalur Gaza menghadapi perang genosida, penghancuran, kelaparan, dan pengusiran,” kata Abbas secara virtual di sidang PBB di New York AS, Kamis 25 September 2025.

Ia menambahkan, serangan Israel telah menewaskan dan melukai lebih dari 220 ribu orang Palestina, sebagian besar perempuan, anak-anak, dan lansia.

“Apa yang dilakukan Israel bukan hanya agresi, tetapi kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan,” tegasnya dilansir Al Jazeera.

Ekspansi Permukiman dan Aksi Brutal Pemukim

Selain Gaza, Abbas juga menyoroti kebijakan pemerintah Israel di Tepi Barat. Ia menuduh Israel terus melakukan ekspansi permukiman ilegal, termasuk proyek E1, yang disebutnya akan memutus wilayah Palestina dan melemahkan opsi solusi dua negara.

“Pemukim Israel melakukan teror, membakar rumah, menebang pohon, menyerang desa, bahkan membunuh warga Palestina di siang bolong dengan perlindungan tentara Israel,” ujar Abbas.

Ia menilai hal tersebut melanggar hukum internasional dan resolusi Dewan Keamanan PBB.

Tegas Tolak Hamas

Di hadapan forum dunia itu, Abbas juga menegaskan penolakannya terhadap serangan Hamas pada 7 Oktober. “Serangan itu tidak mewakili rakyat Palestina, tidak mewakili perjuangan kami untuk kemerdekaan,” kata Abbas.

Ia menegaskan bahwa Jalur Gaza merupakan bagian integral dari negara Palestina. Menurutnya, Otoritas Palestina siap mengambil alih tanggung jawab penuh atas pemerintahan dan keamanan di sana. Hamas maupun kelompok bersenjata lain harus menyerahkan senjata demi membangun negara dengan satu hukum dan satu aparat keamanan.

Kritik Abbas terhadap Israel dan PBB

Abbas mengingatkan bahwa rakyat Palestina telah hidup dalam penderitaan sejak peristiwa Nakba pada 1948. Ia menilai Israel tidak mematuhi kesepakatan internasional, termasuk Perjanjian Oslo 1993, meski pihaknya sudah melakukan berbagai langkah menuju perdamaian.

Ia juga menyoroti kegagalan PBB dalam menjalankan resolusi terkait Palestina. “Lebih dari seribu resolusi di PBB telah diadopsi, tidak satu pun dijalankan. Banyak inisiatif internasional, tapi tidak ada yang mengakhiri penderitaan tragis rakyat Palestina di bawah pendudukan,” ungkap Abbas.

Tuntutan Abbas di Sidang PBB

Dalam pidato panjangnya, Abbas menyampaikan sejumlah tuntutan utama, antara lain:

  • Gencatan senjata permanen di Gaza
  • Masuknya bantuan kemanusiaan tanpa syarat melalui badan PBB termasuk UNRWA
  • Pembebasan seluruh sandera dan tahanan dari kedua pihak
  • Penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza serta penghentian rencana pengusiran warga Palestina
  • Mengakhiri ekspansi permukiman dan kekerasan pemukim
  • Menjamin warga Gaza tetap berada di tanah mereka dengan dukungan internasional
  • Mengembalikan dana pajak Palestina yang ditahan Israel

Abbas juga mengapresiasi dukungan masyarakat internasional terhadap Palestina, tetapi mengingatkan agar solidaritas itu tidak disalahartikan sebagai anti-Semitisme.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya