Logo BBC

Gelombang Ketiga COVID-19, Rumah sakit Utama Penuh dengan Pasien

BBC Indonesia
BBC Indonesia
Sumber :
  • bbc

gelombang omicron
BBC
IGD di RS Polri Sukanto, Jakarta Timur

Sejauh ini tak banyak tenaga kesehatan yang bisa bicara secara terbuka mengenai kondisi dan status Covid. Namun, seorang nakes yang berjaga di IGD fasilitas kesehatan milik pemerintah di Jakarta Timur bercerita tentang kecemasannya menghadapi gelombang ketiga omicron kepada BBC.

Ia meminta BBC untuk menyamarkan nama dan lokasi tempat kerjanya.

Sari - bukan nama sebenarnya - mengatakan saat ini puskesmas tempat ia bekerja sudah bisa merujuk 15 pasien dalam satu hari. "Jadi beberapa saya jaga pun, itu anak sekolah SD, SMP itu mereka banyak yang positif karena acara di sekolah. Terus guru walikelasnya positif. Iya, anak kecil banyak yang kena," katanya.

Pasien-pasien ini dirujuk untuk melakukan isolasi di RS darurat wisma atlet, dengan waktu tunggu antrean hingga enam jam.

Dari puskesmas tersebut, sejauh ini, belum ada yang dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan intensif, "karena gejalanya ringan, kayak batuk pilek ngilu-ngilu."

Bagaimana pun, Sari mengatakan lonjakan kasus belakangan ini "cepat banget".

"Karena di puskesmas pun nakesnya sudah banyak yang positif."

"Iya, ini sih menurut saya sudah banyak banget, dan saya sendiri jadinya takut banget. Jadi kalau pulang ke rumah itu benar-benar harus mandi dulu. Semprot-semprot, mandi lagi," kata Sari.

Lonjakan kasus Covid belakangan ini juga mengingatkan Sari pada masa-masa kelam saat gelombang kedua menghantam fasilitas kesehatan.

Saat itu, pada Juli 2021, Lapor Covid mencatat sebanyak 500 tenaga kesehatan meninggal dalam satu bulan.

Sari saat itu masih bekerja di salah satu RSUD di Jakarta Timur, sebelum pindah ke puskesmas.

"Waktu itu IGD kita nggak bisa merawat pasien Covid. Sehingga beberapa pasien yang jelek [kritis] pun itu kami harus merujuk. Bahkan satu malam, saya bisa merujuk sembilan pasien sekaligus," kata Sari.

Kondisi saat itu disebut Sari "benar-benar parah". Banyak rekan kerjanya yang terinfeksi Covid, namun tetap dipaksa untuk bekerja.