8 Syarikah Disiapkan untuk Layanan Jemaah, Kunci Sukses Puncak Haji di Armuzna

Sejumlah bus disiapkan untuk mengantarkan jemah ke ke Mekah
Sumber :
  • Syahdan Nurdin/MCH 2025

VIVA –  Penempatan jemaah haji Indonesia di Makkah pada musim haji 2025 ini tidak lagi menggunakan pendekatan kelompok terbang (kloter), melainkan berbasis Syarikah atau perusahaan penyedia layanan. Langkah ini dinilai strategis demi mengoptimalkan mobilisasi dan pelayanan selama fase puncak ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna).

Arab Saudi Batalkan Skema Tanazul, Menag: Demi Keselamatan Jemaah Haji

Jemaah haji Indonesia kloter 1 Jakarta sudah diberangkat ke Tanah Suci.

Photo :
  • Kemenag

Ketua Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, Muchlis M Hanafi, menegaskan bahwa pendekatan berbasis Syarikah bertujuan memperkuat koordinasi di lapangan serta memastikan jemaah memperoleh layanan yang tertata dan maksimal.

Tim Amirulhaj Kunjungi Pabrik Makanan Siap Saji di Makkah, Arif Satria Dorong Kolaborasi dengan Perguruan Tinggi

“Penempatan jemaah berbasis Syarikah di Makkah pada tahun ini sangat urgen dan penting untuk menyukseskan layanan jemaah saat puncak haji di Armuzna,” ujar Muchlis saat memberikan keterangan di Madinah, Kamis, 15 Mei 2025.

Ketua PPIH Arab Saudi 2025 Muchlis Hanafi

Photo :
  • Gigih Givan/MCH 2025
Breaking News: Program Tanazul Haji Tahun Ini Ditunda

Delapan Syarikah Layani Jemaah Indonesia

Tahun ini, terdapat delapan Syarikah yang ditugaskan melayani jemaah haji Indonesia di Makkah. Berikut rincian jumlah jemaah yang ditangani masing-masing perusahaan:

Al-Bait Guest: 35.977 jemaah

Rakeen Mashariq: 35.090 jemaah

Sana Mashariq: 32.570 jemaah

Rehlat & Manafea: 34.802 jemaah

Alrifadah: 20.317 jemaah

Rawaf Mina: 17.636 jemaah

MCDC: 15.645 jemaah

Rifad: 11.283 jemaah

Sistem ini diterapkan agar layanan selama perjalanan dari Makkah ke Armuzna dan kembali menjadi lebih terkendali dan efisien.

“Layanan di Makkah berbasis Syarikah ini linear dengan pola pergerakan jemaah dari Makkah menuju Arafah, Muzdalifah, dan Mina, serta layanan di dalamnya,” jelas Muchlis.

Tantangan: Keluarga dan Pendamping Terpisah

Pendekatan baru ini bukan tanpa tantangan. Salah satu dampaknya adalah potensi terpisahnya pasangan suami istri, orang tua dan anak, serta jemaah lansia atau disabilitas dengan pendampingnya.

Muchlis mengakui hal tersebut namun menegaskan bahwa mitigasi terus dilakukan berbasis data untuk meminimalkan dampaknya.

“Memang ada pasangan suami istri yang terpisah, orang tua yang terpisah dengan anaknya, serta beberapa jemaah disabilitas yang terpisah dengan pendampingnya. Ini terus kita mitigasi agar dampaknya bisa diminimalisir dan jemaah tetap nyaman dalam beribadah,” jelasnya.

Menurutnya, secara umum jemaah yang berangkat bersama pasangannya tetap ditempatkan dalam kelompok yang sama, baik di Madinah maupun Makkah. Mitigasi ini juga dibahas bersama pihak Arab Saudi agar solusi terbaik bisa segera diterapkan.

Pola Mobilisasi Kloter dan Syarikah

Untuk jemaah yang tergabung dalam gelombang pertama, mereka mendarat di Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMAA) Madinah dan tetap dikelompokkan berdasarkan kloter. Namun, saat bergerak dari Madinah ke Makkah, pengelompokan dilakukan berdasarkan Syarikah. Saat pemulangan nanti, jemaah akan kembali pada kloter asal.

Sementara itu, jemaah gelombang kedua yang mendarat di Bandara King Abdul Aziz Jeddah langsung diberangkatkan ke Makkah berdasarkan penempatan Syarikah sesuai hotel mereka.

Layanan Katering dan Kartu Nusuk

Selain itu, hingga saat ini PPIH mencatat sudah mendistribusikan lebih dari dua juta boks katering kepada jemaah haji Indonesia. Di antaranya, sekitar 1,578 juta boks diberikan di Madinah, dan 476 ribu boks di Makkah. Katering bercita rasa Nusantara tersebut tetap disajikan secara layak kepada seluruh jemaah tanpa terkecuali.

“Sajian katering bercita rasa nusantara ini diantarkan ke jemaah sesuai waktu penyajian untuk dinikmati bersama oleh jemaah, termasuk pasangan suami istri, orang tua dan anaknya, serta disabilitas dan lansia bersama para pendampingnya,” kata Muchlis.

Sementara itu, pemerintah juga tengah melakukan akselerasi distribusi kartu Nusuk, dokumen penting yang menjadi syarat mobilitas jemaah selama menjalankan rangkaian ibadah haji.

“Sampai saat ini, ada 92.437 jemaah yang tiba di Arab Saudi. Namun, masih ada kartu Nusuk yang belum tersalurkan ke jemaah,” ungkap Muchlis.

PPIH bersama Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi dan pihak Syarikah terus bersinergi agar seluruh kartu bisa segera terdistribusi.

“Kami melakukan akselerasi agar pendistribusian lebih cepat. Alhamdulillah setelah ada akselerasi, distribusi dan aktivasi kartu Nusuk capaianya meningkat,” paparnya.

Meski ada yang belum menerima kartu, Muchlis memastikan bahwa jemaah tetap dapat melaksanakan umrah wajib dengan pendampingan dari Syarikah.

Sinergi Indonesia – Saudi

Muchlis juga mengapresiasi perhatian tinggi yang diberikan pemerintah Arab Saudi terhadap jemaah haji Indonesia. Sebagai negara dengan jumlah jemaah terbesar, sinergi antar negara menjadi sangat krusial dalam menyukseskan penyelenggaraan ibadah haji.

“Kami tidak lagi mencari siapa yang salah, tetapi bagaimana mencari solusi bagi persoalan yang muncul di lapangan ini,” tutupnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya